Monday, June 24, 2019

KESEHATAN & PENYEMBUHAN, Berdasarkan Alkitab



KESEHATAN & PENYEMBUHAN

I. Pengantar
             a. Pemakaian kata
             Penyakit dan penderitaan, dan usaha-usaha untuk meringankannya, sudah menjadi unsur yg tidak terelakkan dari kehidupan manusia sejak permulaan sejarah. Alkitab menyajikan gambar manusia dalam segala pengalamannya justru penyakit perseorangan maupun wabah yg menimpa masyarakat sering disebut beserta usaha-usaha pencegahan dan pengobatannya, sama seperti catatan-catatan tentang semua peristiwa penting lainnya yg dialami manusia.
             Kata-kata yg dipakai untuk penyakit dan penyembuhannya, baik dalam bh Ibrani maupun Yunani, ialah kata-kata khas sehari-hari mis khala mengacu kepada ‘dalam keadaan sakit’ (kata bendanya kholi dan makhala), begitu juga madweh (Ul 7:15; 28:61) dan davar (Mazm 41:7), artinya ‘masalah’ (yaitu masalah buruk). Dalam PB penyakit disebut asthenia (lemah secara badani), malakia (nasib buruk), nosema dan nosos (artinya secara medis, ‘penyakit’); kata kerja yg dipakai ialah asthened atau kakos ekhein, dan dalam satu ay (Yak 5:15) kamno kata sifat arrhostos (’ tidak tegap’) dipakai dalam satu ay juga (Mr 6:13).
             Dalam PL rafa’ (menyembuhkan) paling biasa dipakai untuk penyembuhan, dan itu juga yg dipakai untuk ‘tabib’ dalam Kej 50:1-2 (dua kali); 2Taw 16:12; Ayub 13:4; Yer 8:22. Istilah-istilah PL lainnya ialah khaya (hidup kembali) dan syuv (pulih kembali). Dalam PB dipakai kata kerja iskhud (dim keadaan tegar) dan hugiainp (lebih khusus ‘dim keadaan sehat’), dan untuk menyembuhkan seseorang s6zd dan diasozo (’ menyelamatkan’) dipakai tanpa arti teologis (walaupun ada yg memakainya dlm pengertian itu, termasuk Hipokrates). Kata stereoo (’ membangunkan, menjadikan kuat’) dipakai dalam Kis 3:16. Istilah-istilah pengobatan khas untuk menyembuhkan ialah therapeuo, iaomai dan apokathistemi.
             Kata benda holokleria (’ kesembuhan’) dipakai dalam Kis 3:16, dan kata ini bisa berarti baik rehabilitasi maupun kepulihan secara badani. Dalam beberapa tempat ump Yes 53:5 (1Pet 2:24), kata-kata dengan pengertian khas ‘menyembuhkan’ dipakai dalam arti melulu rohani. ‘Yg serupa dengan itu ialah Yes 6:10 (bnd Kis 28:27) dan Mat 13:15.

             b. Keterangan Alkitab mengenai penyakit
             Keterangan ini bersifat ‘menggejala’. Artinya, diungkapkan dalam kata-kata pengamat. Dalam hal ini terkecuali gejala ‘kerasukan setan’, yg diberi keterangan adalah yg bertalian dengan hal rohani. Beberapa penyakit dalam Alkitab dikenal oleh ilmu penyakit modern; tapi ada beberapa penyakit yg kabur — ump ‘timpang’ (Im 21:18; 2Sam 5:6), ‘lumpuh’ (Luk 5:18), ‘demam’ (Mat 8:15), ‘pendarahan’ (Mr 5:25) — dan beberapa istilah seperti ‘berkurap’ (Im 21:20; 22:22), ‘benjol-benjol’ (1Sam 5;  6), ‘barah’ (Im 13:18) ‘kedal’ dan ‘barah’ (Ul 28:27), ‘gelembung’ (Kel 9:9-10).
             Dalam perjalanan zaman, penyakit-penyakit timbul dan menghilang, atau jika penyakit itu tetap ada keadaan alamiahnya berubah. Hal ini secara khas benar terjadi atas penyakit yg asalnya bersumber pada mikrobiologi. ‘Tulah’ (Kel 9:14) atau ‘pukulan’ (Yer 19:8) atau ‘sampar’ (Hos 13:14) mengacu kepada setiap wabah penyakit, dan itu bukanlah istilah padanan bagi penyakit infeksi modern Pasteurella pestis. Penyakit lainnya tidak berubah selama berabad-abad, ump kebutaan akibat virus trakhoma masih umum sekali di Asia Barat, dan mungkin lebih umum pada zaman Alkitab.
             Kadang-kadang suatu penyakit khusus disebut, ump busung air (Luk 14:2), Yunani, hudropikos; penyakit busung mungkin adalah akibat sesuatu dari sekian macam keadaan. Ada satu hal yg sangat terkenal yaitu ‘duri di dalam daging’ (2Kor 12:7-10) yg sukar menentukan diagnosanya. Tidak satu pun dari beberapa keterangan yg diberikan mengenai duri di dalam daging, seperti malaria, penyakit mata, penyakit ayan, dst yg memuaskan. Penyakit-penyakit yg disembuhkan secara mujizat, terutama yg disebut dalam Kitab Injil, hampir pasti semuanya adalah penyakit organik; ump ‘yg buta sejak lahirnya’ (Yoh 9:1), kebutaan di sini tak mungkin akibat ketegangan jiwa, sebab penyakit itu berupa bawaan dari kandungan.
             c. Penyakit jiwa
             Penyakit ini dibicarakan juga dari segi awam, dan dalam dua peristiwa utama keadaannya dapat diterangkan menurut pengertian psikiatri modem. Saul (lih 1 Sam, passim) mendapat banyak karunia, tapi dalam beberapa hal ia tidak seimbang, ump ia sering dipengaruhi oleh pikiran orang lain; ia berulang-ulang diserang oleh keadaan hati yg gusar dan murung, dan pada akhir hidupnya ia menderita penyakit saraf — suka marah — seperti pasien yg tua, walaupun niat membunuh seperti terdapat pada dirinya tidak umum. Peristiwa dia bunuh diri lebih banyak ditimbulkan oleh keadaan seperti seorang tentara yg kalah perang ketimbang oleh sakit jiwa (SAUL). Raja Nebukadnezar, seorang yg giat dan lekas naik darah, mempunyai sifat yg diwarisinya, gampang membangkitkan penyakit jiwa kegila-gilaan. Penyakitnya (Dan 4:28-37) tahan lama dan dia derita barangkali pada usia lima puluhan. Ia memang sadar, tapi sama sekali tak dapat memerintah. Tidak ada bukti bahwa itu penyakit organik. Ada penyimpangan dalam nafsu makan. Pada akhirnya ia pulih dari penyakit ini (ay Dan 4:36). Pada zaman sekarang jenis penyakit ini dapat disamakan dengan sakit murung (NEBUKADNEZAR). Dalam beberapa Mzm terdapat nada hati yg tertekan, ump Mazm 102, tapi kerap kali disertai nada kemenangan pada akhirnya.
             d Kerasukan setan
             Kerasukan setan jelas merupakan sesuatu yg tunggal dalam jenisnya. Pada zaman Kristus kerasukan itu lebih sering terjadi daripada zaman lain mana pun. (Berita mengenai raja Saul, ‘ia diganggu oleh roh jahat yg daripada Tuhan’, barangkali harus dianggap lebih merupakan pernyataan mengenai sakit jiwanya ketimbang keterangan teologis ttg asal mulanya.)

             Orang-orang yg dirasuk setan (Yunani daimonizomenos), dapat dipakai oleh roh yg merasukinya sebagai terompetnya; mereka sering menunjukkan gejala-gejala badani seperti penyakit ayan, dan di atas segalanya sangat peka terhadap Nama Kristus. Tapi kerasukan setan jelas tidaklah sama, baik dengan penyakit ayan maupun dengan penyakit jiwa pada umumnya, dan jelas dibedakan oleh Injil Sinoptik dan Kis (Kis 5:16) dari gejala penyakit pada umumnya. Tidak ada dasar untuk meragukan pandangan Alkitab mengenai hal ini, yaitu kepribadian dan tubuh dari orang yg kerasukan ‘dirasuk = dimasuki dan dikuasai’ oleh roh jahat. RASUK, KERASUKAN.
             e. Penyakit kusta
             Penyakit tsara’at yg diterjemahkan ‘penyakit kusta’ diterangkan secara rinci dalam Im 13, tapi keterangan itu bisa meliputi penyakit kulit lainnya. Mungkin beberapa jenis penyakit, khususnya infeksi dikatakan sebagai tsara’at. Istilah ini dikenakan juga kepada pakaian dan rumah (Im 14:55), dan agaknya secara umum dipakai untuk menerangkan sesuatu yg dianggap najis menurut tata cara agama. Bila seorang penderita kusta sudah ‘ditahirkan’ dan dinyatakan demikian oleh imam, mungkin yg dimaksud penyakitnya ialah keadaan yg membatasi dirinya dan bukan apa yg dimaksud sekarang sebagai penyakit kusta, yaitu suatu penyakit yg ditimbulkan oleh kuman khusus. Ini sama sekali tidak mengurangi makna atau kesungguhan cerita Alkitab, sebab kata tsara’at melulu mengartikan suatu gejala, dan mencerminkan pikiran dan pendapat pada waktu itu, yg tentu tidak mempunyai dasar ilmu bakteriologi. Dalam LXX tsara’at diterjemahkan lepra, dan begitu juga dalam PB dipakai lepra. Memang pasti ada penyakit kusta asli di Asia Barat pada zaman PB.

II. Pandangan Alkitab tentang penyakit
  • Sebab musabab penderitaan manusia
             Ihwal penderitaan dan penyakit dalam Alkitab sangat erat terkait dengan masalah watak dan asal mula segala kejahatan. Penderitaan adalah pengalaman manusia, yg oleh berbagai sebab merupakan salah satu akibat dari dosa manusia. Dalam hal penderitaan sebagai akibat penyakit, hubungannya dengan kejahatan biasanya tidak langsung kentara, kendati kadang-kadang penyakit itu adalah disebabkan perbuatan jahat. Dari cerita Kej tentang kejatuhan manusia ke dalam dosa, jelas bahwa segera sesudah kejatuhan itu manusia menyadari keadaannya yg tidak aman, ketakutan dan rasa sakit (Kej 3:16-17). Di sini ‘itstsavon diterjemahkan ‘kesakitan’, dan kemudian ‘hukumanku’ (Kej 4:13).
             Hubungan langsung antara dosa dan penderitaan dengan cepat menjadi rumit, tapi bangsa yg menuruti Allah, dalam arti umum, dijanjikan keluputan dari penyakit (Kel 15:25-26; Im 26:14-16; Ul 7:12-16; 28, khusus 22, 27, 58-61). Di pihak lain, penyakit ialah satu dari tiga hukuman berat atas umat Allah (Yer 24:10; 32:24; Yoh 14:21) dan terhadap bangsa lain, ump orang Filistin (1Sam 5:6) dan orang Asyur (2Raj 19:35). Ada ay-ay seperti Mazm 119:67 mencatat penderitaan pelaku perbuatan dosa dan keterlibatannya, dan peristiwa orang lumpuh yg disembuhkan Yesus (Yoh 5:1-16), yg dalam kasus ini mungkin dosanya adalah unsur penyebab (Yoh 5:14). Dosa Daud mendatangkan siksaan terhadap orang lain (2Sam 24:15-17).

             Pada umumnya, penderitaan manusia, apakah itu ditimbulkan oleh penyakit atau sesuatu penyebab lain, adalah akibat hukuman yg dialami secara perseorangan karena kemerosotan rohani masyarakat, terhadap mana dia adalah anggotanya. Dalam Kitab Ayb (terutama ps 1) nampak kegiatan Iblis. Hal ini nampak juga dalam #/TB Kis 10:38; di situ dikatakan bahwa orang sakit ibarat ‘orang yg dikuasai Iblis’; dan dalam perumpamaan gandum dan ilalang ‘Seorang musuh yg melakukannya’ (Mat 13:28). Tambahan lagi, Kristus sendiri mengatakan, ‘perempuan ini … diikat oleh Iblis’ (Luk 13:16).
             Tapi Allah tidaklah berdiri dekat hanya berpangku tangan. Penderitaan kadang-kadang dipakai-Nya sebagai hukuman atau sarana mengajar. Sekali-sekali seperti dikatakan di atas, hal ini bisa terjadi pada skala nasional. Dan bisa juga dalam skala perseorangan seperti halnya dengan
  • Musa ( Kel 4:24),
  • Miryam (Bil 12:10),
  • Uzia (2Taw 26:16-21),
  • Yerobeam (2Taw 13:20),
  • Gehazi (2Raj 5:25-27),
  • Ananias dan Safira (Kis 5:5,10),
  • Herodes (Kis 12:21-23), dan
  • Elimas (Kis 13:11).

Rincian data bertambah jika penderitaan itu dimaksudkan untuk membangun (Ibr 12:6-11), seperti dalam hal Yakub; sesudah dia secara mujizat ditempa dengan penderitaan badani, ia belajar menggantungkan dirinya kepada Allah dan menjadi dewasa secara rohani untuk menggenapi namanya yg baru, Israel (Kej 32:24-32). Karena penyakit, raja Hizkia membukakan imannya kepada Allah (2Raj 20:1-7).
             Kitab Ayb menunjukkan bahwa yg menjadi masalah sebenarnya ialah hubungan manusia dengan Allah, bukanlah sikap manusia menghadapi penderitaannya. Kitab Ayb adalah penolakan utama dalam PL terhadap pandangan (yg dikemukakan dgn keahlian yg jitu oleh teman-teman Ayub) bahwa ada hubungan yg tak terelakkan antara dosa pribadi dengan penderitaan pribadi. Sesudah menolak pandangan yg hanya bersifat setengah benar, bahwa segala penderitaan merupakan disiplin, maka Kitab Ayb menggambarkan tokoh Ayub sebagai sekaligus dihibur, dibela dan diberkati. Perlu kita sadari bahwa gambaran yg diberikan Alkitab bukanlah dualisme melulu (DUALISME). Tapi terlebih istimewa, penderitaan itu disoroti sinar kekekalan dan dalam kaitan dengan Allah yg berdaulat, namun tetap panjang sabar dalam perlakuan-Nya terhadap dunia, karena kasihNya terhadap manusia (2Pet 3:9). Dengan menyadari dukacita dan rasa sakit`yg mengelilingi dan melanda manusia, para penulis kitab PB memandang ke depan kepada penggenapan yg terakhir, tatkala segenap penderitaan akan dihapuskan (Rom 8:18; Wahy 21:4).

             Konsepsi di atas lain dari konsepsi Yunani, yg menganggap tubuh manusia bersifat jahat pada dirinya, dan menganggap roh bersifat baik pada dirinya. Konsepsi Alkitab tentang tubuh yg fana tapi luhur, paling jelas dalam 2 Kor terutama Wahy 5:1-10 (bnd juga 1Kor 6:15). Tubuh ialah bagian yg tak terpisahkan dari kerumitan insani perseorangan, melalui mana kepribadian diungkapkan.
·         Penyembuhan penyakit
             Ilmu pengobatan dalam Alkitab memang cocok dengan sifat zamannya dan diterangkan dengan istilah-istilah umum, ump Ams 17:22; Yer 46:11. Bengkak, luka dsb diobati dengan minyak balsam, dll (Yes 1:6; Yer 8:22; 51:8), dan ‘sebuah kue ara’ dianjurkan Yesaya untuk mengobati barah Hizkia (Yes 38:21). Orang Samaria yg murah hati memakai anggur dan minyak untuk mengobati luka korban (Luk 10:34). Tapi pengobatan seperti itu bisa tidak berhasil seperti halnya ibu yg menderita sakit, pendarahan (Mr 5:26).
             Ada juga penyakit yg agaknya tak dapat disembuhkan, seperti halnya Mefiboset (2Sam 4:4). Ul 28:27 bernada agak putus asa mengenai beberapa penyakit. Kita tidak heran jika pengobatan kadang-kadang dikaitkan dengan takhayul, seperti usaha Lea dan Rakhel memakai buah dudaim untuk membangkitkan birahi dalam hal kemandulan (Kej 30:14-16). Anggur disebut dua kali sebagai obat dan pendorong (Ams 31:6; 1Tim 5:23).
             Kata tabib jarang dipakai tapi mengandung pengertian yg hampir sama dengan ‘dokter’ sekarang ini (Ibrani rafa’, ump Kel 15:26; Luk 8:43 Yunani iatros, Mr 5:26,  Luk 8:43). Asa dihukum (2Taw 16:12) karena berobat kepada ‘tabib-tabib’ tapi tabib yg dimaksud di sini agaknya kafir, ber-roh sihir dan tidak bermakna, dan sungguh tidak layak disebut tabib. Dasar hukumannya ialah bahwa ia ‘tidak mencari pertolongan Tuhan’. Ayub mencela penghibur-penghiburnya ‘tabib palsu’ (Ayub 13:4). PB menggunakan sebutan tabib dua kali dalam pepatah (Luk 4:23; 5:31). Tabib disebut juga dalam hal ibu yg sakit pendarahan (Luk 8:43). Paulus menyebut Lukas ‘tabib yg dikasihi’ (Kol 4:14).
             Agama Yahudi berbeda dari banyak agama kafir dalam hal hampir tidak adanya imam atau tabib merangkap sekaligus kedua jabatan itu. Pernyataan tentang dihinggapi penyakit kusta atau bebas daripadanya merupakan kekecualian (Im 13:9-17; Luk 17:14). Nabi-nabi pernah ditanyai mengenai dampak akhir suatu penyakit (lih ump 1Raj 14:1-13; 2Raj 1:1-4; 8:9;  Yes 38:1,21). Bentuk kuno dalam hal mengembalikan tulang pada tempatnya disebut dalam Yeh 30:21. Pengetahuan kebidanan dimonopoli kaum perempuan, yg mungkin mempunyai lumayan pengalaman, barangkali sedikit kesanggupan, tapi pasti tanpa pendidikan (Kej 38:27-30; Kel 1:15-21; Yeh 16:4-5). Menjadi aneh bahwa sangat sedikit perkembangan dalam praktik pengobatan selama abad-abad yg diceritakan dalam Alkitab, sehingga seluruh jangka waktu itu seolah-olah suatu masa tanpa kemajuan — hampir tanpa unsur di dalamnya yg dapat disebut ilmiah.

·         Higiene dan sanitasi
             Salah satu kelebihan yg patut dihormati dalam pengobatan Yahudi dibandingkan pengobatan bangsa-bangsa lain yg sezaman, ialah undang-undang kesehatan bangsa Israel pada zaman Musa (Rendle Short memberikan ulasan pendek yg jitu mengenai hal ini dlm bukunya The Bible and Modern Medicine, hlm 37-46). Walaupun pada umumnya disebut sebagai undang-undang, rinciannya nyata tersebar di seluruh Pentateukh. Orang Yahudi sebagai bangsa, tak di seluruh Pentateukh. Orang Yahudi sebagai bangsa, tak mungkin hidup melewati zaman dan pengalaman mereka di padang gurun, tanpa undang-undang kesehatan tersebut. Undang-undang itu mencakup higiene umum, pengadaan air, pembuatan selokan, pemeriksaan dan pemilihan makanan serta pemberantasan penyakit menular. Yg paling menarik dalam hal ini ialah, bahwa dalamnya tersirat ilmu pengetahuan yg sebelumnya tidak dimiliki orang Yahudi. Pengetahuan itu hampir mustahil ditemukan sendiri oleh mereka dalam suasana keluaran dan pengembaraan di padang gurun, seperti larangan memakan daging babi dan binatang-binatang yg mati secara biasa, penimbunan kotoran manusia (Ul 23:12-13) dst, dan sifat penularan berbagai penyakit. Akar kata ‘karantina’ ialah kata yg menghunjuk pada masa 40 hari yg digunakan orang Yahudi untuk memisahkan penderita penyakit tertentu (Im 12:1-4), dan yg pada abad 14 diterima dalam bh Italia, berdasarkan kekebalan terbatas orang Yahudi terhadap tulah tertentu.
            gambar: 

             Dalam banyak hal pandangan Alkitab mengenai penyakit dan kesehatan pada umumnya, mempunyai kaitan dengan praktik pengobatan modem, dan mungkin pandangan Alkitab lebih tokcer daripada yg umum disadari. Cerita orang Samaria yg murah hati (Luk 10:30-37), menyajikan perawatan ideal yg senantiasa menjiwai dan memacu dunia medis dan para medis serta melukiskan penghambaan diri tanpa pamrih, dan kelanjutan perawatan itu seterusnya. Alkitab bicara cukup banyak mengenai apa yg disebut ‘obat keluarga’, yaitu pernikahan ideal yg begitu tinggi dihormati di tengah-tengah orang Yahudi. Nasihat-nasihat kepada anggota keluarga dalam Ef 5:22-6:4, jika dituruti, akan merupakan pencegahan psikiatris yg baik. Dalam Yer 30:17; 33:6; Ams 12:18 ‘kesembuhan’ dan kata-kata lain yg senada dipakai dalam arti kiasan: kesehatan rohani menopang kesehatan jasmani.

III. Mujizat penyembuhan
          Dalam arti sederhana penyembuhan ialah pemulihan seseorang kepada keadaan biasa, karena ia menderita suatu penyakit — badani atau pikiran maupun kedua-duanya — yg masih dapat diobati. Kata itu mencakup kesembuhan sebagai hasil perawatan medis dan kesembuhan spontan tanpa obat-obatan. Juga mencakup perbaikan nalar penderita atas keadaannya sendiri, kendati kesembuhan badani nampak mustahil, dan mencakup bahkan perbaikan pandangan penderita yg salah tentang kodrat penyakitnya itu. Dalam dunia psikologis kata itu mengacu kepada keadaan hati yg bertambah teguh.
          Perlu sekali mengetahui adanya segi-segi yg berbeda-beda dari arti kata ini, sebab mujizat penyembuhan dalam Alkitab (terlepas dari peristiwa-peristiwa kerasukan setan) menunjukkan penyembuhan dalam arti medis yg pertama, yaitu pemulihan kepada keadaan biasa dalam hal penyakit-penyakit organik. Semua peristiwa yg dikatakan sebagai mujizat masa kini, harus menunjukkan kesamaan dalam penyembuhan penyakit-penyakit organik itu. Perubahan dalam pandangan rohani, penyakit badani yg mustahil disembuhkan tapi diterima dengan hati yg makin teguh, atau menurunnya penyakit secara alami atau dengan sendirinya, semuanya itu telah terjadi berulang-ulang, tapi tidak termasuk ‘mujizat’ dalam makna teologis yg ketat, yaitu ‘hadirnya kuasa Allah secara ajaib, yg menguasai kegiatan hukum-hukum alami atau menghentikannya sementara, atau mengubah’ (Chambers’ Encyclopaedia, ‘Miracle’). Tentu ada kesembuhan penyakit secara alami, selain mujizat, yg tercatat dalam Alkitab, dan agaknya kebanyakan kesembuhan yg bukan mujizat dapat disebut kesembuhan alami, karena pada zaman kuno hampir semua pengobatan kurang berhasil.
             a. Mujizat penyembuhan dalam PL
             Kendati dalam upaya pengobatan digunakan alat-alat kedokteran, namun kesembuhan dalam PL umumnya dikaitkan kepada campur tangan Allah, ump kesembuhan Musa (Kel 4:24-26) dari penyakit sehubungan kealpaannya untuk menyunat anaknya, menyajikan melulu makna rohani. Penyembuhan Miryam dari penyakit kusta (Bil 12:1-15) dan Naaman melalui Elisa (2Raj 5:8-14), nampak sebagai mujizat. Penyembuhan tangan Yerobeam yg tiba-tiba kejang (1Raj 13:4-6) dan kebangkitan dari kematian anak janda yg di Sarfat oleh Elia (1Raj 17:17-24) dan anak perempuan Sunem oleh Elisa (2Raj 4:1-37), jelas adalah mujizat.
             Penyakit anak ini biasanya dikatakan sebagai akibat sengatan matahari; tapi penyakit itu benar-benar bisa juga penyakit otak atau pendarahan ‘subarachnoid’. (Orang Yahudi sadar akan akibat-akibat panas matahari — lih Mazm 121:6. Suatu peristiwa sengatan matahari diceritakan dlm Apokrifa, Yudit Mazm 8:1-2.)
             Kesembuhan orang Israel yg digigit oleh ular-ular tedung, tatkala mereka memandang kepada ular tembaga, juga adalah mujizat kendati tidak dirinci secara perseorangan (Bil 21:6-9). Keselamatan orang Israel dari tulah-tulah terakhir di Mesir, adalah suatu contoh keajaiban yg dapat disebut ‘pencegahan ajaib’. Artinya, mereka lebih dicegah dari penyakit secara ajaib ketimbang disembuhkan secara ajaib. Kesembuhan raja Hizkia (2Raj 20:1-11) mungkin secara alami, walaupun itu langsung dikaitkan kepada Allah (ay 2Raj 20:8) dan disertai keajaiban alam (ay 2Raj 20:9-11); penyakitnya itu barangkali penyakit bisul merah yg parah.

             Penyembuhan secara mujizat, sekalipun termasuk pembangkitan dari kematian, tidaklah lazim dalam PL. Peristiwa-peristiwa langka itu kelihatannya terjadi hanya pada zaman Keluaran dan pada pelayanan Elia dan Elisa. Lih Kel 7:10-12 untuk mujizat alami yg dilakukan Musa dan Harm. Mujizat yg diperagakan oleh ahli sihir Mesir (Kel 7:22) mungkin merupakan tipuan, sebab mereka tidak bisa melawan tulah barah-barah (Kel 9:11).

             b. Mujizat Penyembuhan dalam Injil
             Mujizat penyembuhan yg dilakukan Tuhan Yesus diceritakan berkelompok oleh Kitab-kitab Sinoptik (ump Luk 4:40-41), dan dalam bentuk lebih rinci dan khas sebagai peristiwa khusus. Kerasukan setan jelas dibedakan dari bentuk-bentuk penyakit lain (ump Mr 1:32-34; di sini kakos ekhein dibedakan dari daimonizomenos). Orang datang berbondong-bondong kepada Yesus (Mat 4:23-24) dan semuanya disembuhkan (Luk 4:40). Di antaranya pasti termasuk baik penyakit jiwa maupun penyakit badani. Dan dalam satu peristiwa, Tuhan Yesus bahkan memulihkan daun telinga yg terpisah karena ditetak (Luk 22:50-51). Tapi peristiwa-peristiwa yg disebut di sini barulah sebagian kecil dari jumlah penderita sakit di negeri itu pada saat itu.
             Jika semua laporan keempat Injil digabung, maka ada kurang lebih dua lusin peristiwa penyembuhan perseorangan dan kelompok kecil. Ada yg disembuhkan dari jauh, ada dengan perkataan tanpa persentuhan badani, ada dengan sentuhan dan ‘sarana’, ump menggunakan tanah yg diaduk dengan ludah-Nya, yg pada waktu itu merupakan obat umum untuk kebutaan (Mr 8:23; Yoh 9:6) dan ketulian (Mr 7:32-35). Hal ini mungkin membangkitkan iman orang sakit itu, atau menunjukkan bahwa Allah tidak memantangkan pemakaian sarana, atau kedua-duanya. (Menarik bahwa dlm hal terakhir ketulian dan kebisuan digabung bersama.)
             Catatan yg terkait dengan kesembuhan perseorangan, terutama membicarakan penyakit organik. Di sini kesembuhan langsung atau serta merta, terjadi dalam keadaan penyakit-penyakit yg atasnya penyembuhan dianggap sudah tidak mungkin lagi atau menjadi pertanyaan, dan nampaklah kesehatan dipulihkan langsung dan serta merta, tanpa membutuhkan waktu untuk proses pemulihan kekuatan dan tanpa kambuh kembali.
             Hanya Luk yg menceritakan tentang orang Samaria yg murah hati. Dalam Luk juga dicatat tiga mujizat penyembuhan yg tidak diceritakan dalam ketiga Injil lainnya, yaitu pembangkitan anak perempuan janda di Nain (Luk 7:11-16), penyembuhan perempuan yg bungkuk punggung (Luk 3:11-16) dan pemulihan telinga Malkhus (Luk 22:50-51). Banyak rincian peristiwa diceritakannya, dan kata yg digunakan penulis untuk penyembuhan ialah iaomai, istilah teknis, bukan istilah umum.
             Penginjil keempat, lain dari penginjil sinoptik, tidak pernah membicarakan penyembuhan penderita sakit dalam jumlah banyak, maupun penyembuhan yg dirasuk setan (walaupun ada disinggung ttg setan-setan, dan dipakai kata daimonizomenos, Yoh 10:21). Kecuali pembangkitan Lazarus dari kematian, hanya tiga peristiwa penyembuhan yg dibicarakan. Yaitu penyembuhan anak pegawai istana dari penyakit demam tinggi (Yoh 4:46-54); orang yg lumpuh selama 38 thn (Yoh 5:1-16), dan orang yg lahir buta (Yoh 9:1-14). Semua cerita itu menyajikan penyakit organik, yg langsung dan serta merta atau hampir serta merta disembuhkan. Pembangkitan Lazarus sesudah mati 4 hari (Yoh 11:1-44) tidak kurang keajaibannya! Mujizat penyembuhan dalam Injil Yoh bukanlah hanya perbuatan yg menyatakan kekuasaan (dunameis), tapi juga berupa tanda-tanda (semeia). Tanda-tanda ini membuktikan, bahwa mujizat penyembuhan oleh Kristus bukan hanya berarti perseorangan, setempat dan badani, tapi juga berarti umum, kekal dan rohani. Ump dalam hal orang yg lahir buta, inti masalah ialah bahwa penyakit perseorangan tidak seharusnya dikaitkan kepada dosa pribadi. (Dlm hal penderita sakit lumpuh, sukar menghubungkan penyakit itu dgn dosa; sifilis agaknya tidak dikenal pada waktu itu; kalaupun Kristus mengampuni dosanya, hal itu tidaklah harus berarti bahwa penyakit itu ditimbulkan oleh dosanya.)
             c. Mujizat penyembuhan pada zaman rasul-rasul
             Ada ahli yg menolak janji tentang kuasa penyembuhan dalam Mr 16:18, karena dianggap tidak termasuk naskah asli. Kristus sendirilah yg menugasi ke-12 murid itu (Mat 10:1) juga ke-70 murid (Luk 10:9). Kenyataannya ialah ke-12 murid ditugasi seumur hidup, sedangkan tugas misi ke-70 murid itu nampaknya berakhir setelah mereka kembali dan melapor (Luk 10:17-20). Dalam Kis ada beberapa mujizat penyembuhan perseorangan yg kodratnya hampir sama dengan mujizat yg dilakukan oleh Tuhan Yesus. Orang lumpuh yg di Yerusalem (Luk 3:1-11) dan yg di Listra (Luk 14:8-10), begitu juga Eneas yg lumpuh (Luk 9:33-34), dan penyakit disentri dari ayah Publius (Kis 28:8) merupakan mujizat penyembuhan perseorangan; dan ada beberapa berita tentang penyembuhan masal termasuk Kis 5:15-16 dan peristiwa tunggal, yaitu menggunakan pakaian yg pernah dipakai Paulus (Kis 19:11-12). Dua orang dibangkitkan dari kematian (Dorkas: Kis 9:36-41; dan Eutikhus:  Kis 20:9 dab) dan setan-setan dibuang pada dua peristiwa (Kis 5:16; 16:16-18). Penulis Kis membedakan kerasukan setan dari penyakit-penyakit lainnya (Kis 5:16).
             Ada beberapa peristiwa penyakit di tengah-tengah orang Kristen pada zaman rasul-rasul. Fakta bahwa peristiwa itu terjadi mengacu pada tugas para rasul untuk menyembuhkan, tak dapat dipraktikkan sembarangan guna mencegah mereka sendiri dan teman-teman mereka dari penyakit. Penyakit Timotius ialah gangguan pencernaan (1Tim 5:23). Trofimus sakit, sehingga tak dapat menemui Paulus dari Miletus (2Tim 4:20). Epafroditus sakit keras (Fili 2:30), dan dia sembuh hanya karena pengasihan Allah (Fili 2:27). Yg paling menarik perhatian dari semuanya, ialah penyakit Paulus yg berupa teka-teki ‘suatu duri di dalam dagingku’ (skolops to sarki). Penyakit ini sudah ditafsirkan dengan berbagai pengertian (paling banyak menganggapnya penyakit mata menahun), tapi tidak ada yg memastikannya. Makna rohaninya jauh melebihi makna medisnya. Ada tiga alasan (2Kor 12:7-10) diberikan Paulus untuk penyakitnya ini, ‘supaya jangan meninggikan diri’ (ay 2Kor 12:7), supaya dia bisa berkuasa secara rohani (ay 2Kor 12:9), dan sebagai pelayanan pribadi terhadap Kristus (ay 2Kor 12:10*, ‘oleh karena Kristus’). Barangkali lebih banyak persamaan ‘duri’ ini dengan ‘sendi pangkal paha Yakub yg terpelecok’ (Kej 32:25) dari yg sudah pernah disadari.

             Bagian Kitab Suci tentang berdoa untuk kesembuhan orang sakit (Yak 5:13-20), telah disalahgunakan karena dua macam kesalahan tafsir, yaitu:
(i)                  Tafsiran yg menyangka menjumpai dalam ay-ay itu izin mengurapi orang yg sudah ‘mendekati akhir’ (in extremis), dan
(ii)                (ii) Yg menganggap adanya janji dalam bagian ini, bahwa semua orang sakit dan yg sudah didoakan dalam iman, akan sembuh. Minyak mungkin sudah digunakan seperti tanah yg diaduk Tuhan Yesus dengan ludah-Nya (Yoh 9:6) untuk memperkuat iman si sakit, dan dalam beberapa hal mungkin sudah berperan sebagai obat. Untuk pembahasan yg lengkap, lih Tafsiran Yohannes (TNTC) oleh R. V. G Tasker. Pokok-pokok utama ialah bahwa pandangan dalam ay-ay itu bersifat rohani (artinya, masalah itu digantungkan kepada Allah), kemalangan orang menjadi urusan gereja, dan apa yg dikemukakan di sana tidak memantangkan atau menyalahkan pemakaian alat-alat pengobatan biasa, yg tersedia pada setiap saat dan tempat. Keseluruhan bagian ini benar-benar dihubungkan dengan kuasa doa.
IV. Makna mujizat penyembuhan

          Jumlah mujizat penyembuhan yg diceritakan dalam PB dan Kis, adalah sedikit dibandingkan mujizat penyembuhan oleh Tuhan Yesus yg diceritakan dalam Kitab-kitab Injil. Umumnya benar jika dikatakan, bahwa makna mujizat penyembuhan pada dasarnya tidak berbeda dari makna mujizat-mujizat lainnya. Mujizat-mujizat penyembuhan itu menunjukkan kekuasaan Allah terhadap kejahatan dan akibat-akibatnya. Tapi ciri terpenting suatu mujizat ialah hubungannya dengan penyataan.
          Mujizat terpencar menghiasi halaman-halaman Alkitab bukan tanpa alasan. Mujizat-mujizat itu adalah bagian dari ‘masa-masa penyataan …( Warfield, hlm 191). Matius menghubungkan mujizat-mujizat penyembuhan oleh Tuhan Yesus dengan nubuat  Yes 53:4 (Mat 8:17), dan Tuhan Yesus sendiri menghunjuk pada mujizat-mujizat itu sebagai bukti, bahwa tuntutan-Nya sebagai Mesias adalah sah (Luk 7:22;  Yoh 10:37-38). Mujizat-mujizat itu disebut ‘menyatakan’ Dia (apodeiknumi, bar ‘menunjuk kepada’) dalam Kis 2:22, dalam kodratnya yg rangkap tiga, yaitu sebagai keajaiban (terata), tanda (semeia) dan kekuatan-kekuatan (dunameis). Ini menjelaskan, paling sedikit sebagian, mengapa mujizat penyembuhan oleh Tuhan Yesus pun tidak bersifat sembarangan dan mencakup setiap orang. Yg disinggung Tuhan Yesus mengenai ‘pekerjaan-pekerjaan yg lebih besar’, yg hendak dilakukan oleh para rasul (Yoh 14:12), tentu harus dikenakan kepada luasnya dampak pekerjaan mereka, bukan kodrat pekerjaan itu pada dirinya, sebab biarpun mereka membangkitkan orang-orang dari antara orang mati, toh karya mereka bukanlah lebih besar daripada karya Kristus. Kharismata yg dibicarakan dalam 1Kor 12 mencakup baik karunia untuk menyembuhkan maupun karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh. Agaknya kedua-duanya bersifat sementara, dan ps ini harus dibaca dalam terang 1Kor 13.

V. Mujizat penyembuhan sesudah zaman para rasul
          Bagian ini sebenarnya di luar pokok artikel ini. Tapi ulasan berikut disajikan karena ay-ay tertentu sering dikutip sebagai dasar mengatakan bahwa masih mungkin — bahkan seharusnya ada dan terjadi — mujizat penyembuhan melalui orang-orang Kristen zaman ini (bnd Yoh 14:12 di atas). Tapi kita harus ekstra hati-hati dalam menyamakan perintah-perintah khusus Tuhan Yesus kepada para rasul, dengan perintah-perintah yg umumnya merangkul orang Kristen dewasa ini. Pandangan tersebut tidak sesuai dengan pandangan mengenai mujizat sebagai alat yg mencakup penyataan. Kita harus ekstra hati-hati guna menghindari godaan ilmu gaib dalam memohon mujizat. ‘Mujizat-mujizat’ yg terjadi dalam gereja pada zaman Bapak-bapak gereja, yg sering dikatakan sebagai karya mereka sesudah mereka meninggal, kadang-kadang ternyata tidak benar. Sudah terbukti bahwa cerita-cerita yg sering dikutip dari kitab-kitab Ireneus, Tertulianus dan Yustinus Martir, yg berlagak menunjukkan bahwa mujizat penyembuhan terus terjadi sampai abad 3, nyatanya tidak ditafsirkan tepat. Justru peristiwa-peristiwa sesudah zaman para rasul harus dinalar dengan sangat hati-hati. Tapi sikap sangat berhati-hati ini janganlah dikacaukan dengan sikap modern yg materialistis dan tak percaya, yg meragukan segala-galanya.

       KEPUSTAKAAN.
·         G Bennett, The Heart of Healing, 1971;
·         M Botting, Christian Healing in the Parish, 1976;
·         S. G Browne, Leprosy in the Bible, 1974;
·         G. S Cansdale, Animals of Bible Lands, 1970;
·         R. E. D Clarke, ‘Men as Trees walking’, FT 93, 1963;
·         R. A Cole, Mark, TNTC, 1961;
·         A Edersheim, Life and Times ofJesus the Messiah, 1907, Appendix 16;
·         V Edmunds dan C. G Scorer, Some Thoughts on Faith Healing, 1956;
·         J. N Geldenhuys, Commentary on the Gospel of Luke, 1950; J. S McEwen, SJT 7, 1954, hlm 133-152;
·         F MacNutt, Healing, 1974; The Power to Heal, 1977;
·         D Morse dll, Tuberculosis in Ancient Egypt, American Review of Respiratory Diseases, 90, 1964, hlm 524-541;
·         J. C Peddie, The Forgotten Talent, 1961;
·         A Rendle Short, The Bible and Modern Medicine, 1953;
·         J. R. W Stott, Men with a Message, 1954;
·         M Sussman, Diseases in the Bible and the Talmud, Diseases in Antiquity, (red.) D Brothwell  A. T Sandison, 1967;
·         R. G. V Tasker, James, TNTC, 1956: B. B Warfield, Miracles, Yesterday and Today, 1965;
·         F Graber, D Muller, NIDNTT 2, hlm 163-172; ttg ‘duri’ Paulus, C Brown, NIDN7T 1, hlm 726 .

Thursday, June 6, 2019

ROH KUDUS Pengertian dan Tujuannya

ROH KUDUS 

Pengertian Roh Kudus
Indonesia:
          Roh Alkudus (BABA)
          Roh Allah (BIS)
          Roh Kudus (TB, FAYH, WBTC, ENDE)
          Roh-Soetji (KL1863)
          Rohhu-’lkhudus (LDKR)
          Rohoe’lkoedoes (KL1870)
          Rohu’l-kudus (SB)
          Rohulkudus (TL)
 Inggris:
          Holy Spirit (AV, TEV)
Kata semula ialah "Roh Kudus" atau "Roh Suci"; oknum Allah yang ketiga dan yang tidak kelihatan. Roh Allah bekerja melalui pikiran, perasaan dan pribadi manusia.
Oleh Roh dan Firman-Nya Allah menciptakan langit dan bumi dan memberi
       nafas kepada manusia (Kej 1:2; 2:7; Mazm 33:6; 104:23). Roh Allah
       juga menggerakkan orang-orang tertentu: hakim-hakim, raja-raja, nabi-nabi.
       Dalam Perjanjian Baru seringkali disebut: Roh Kudus atau Roh Allah
       atau Roh Yesus (Kis 16:7) atau Roh Anak Allah (Gal 4:6) ialah
       pelaksana kehendak Allah di bumi. Ia sebagai Penghibur (Penolong)
       melanjutkan dan menterapkan karya Keselamatan Yesus
       (a.l. Yoh 14:16).  Dialah dinamik pekabaran Injil (Kis 1:8).
       Ia memberikan kesaksian Allah dalam hati orang-orang percaya bahwa
       mereka anak-anak Allah (Rom 8:15-16).

 [PB]
       a. dalam kehidupan dan pengajaran Yesus,
          Mat 1:18,20; 3:11,16; 4:1; 12:18,28,31,32; Mr 1:8*;
Luk 1:35; 4:14,18; 10:21; Yoh 1:33; 3:5,6,8,34; 14:17,26; 15:26*;
Luk 16:13; 20:22; Kis 1:2,5,8*
       b. dalam zaman gereja mula-mula,
          Kis 2:1-4,17,18,33,38; 5:3,9,32; 8:15-19,29,39; 9:17,31*;
          Kis 10:19,38,44-47; 11:12,15-17,24,28; 13:2,4,9,52; 19:1-7.
       c. dalam surat-surat Paulus,
          pasal Rom 8:1-39; 1Kor 12:1-13; pasal Gal 5:1-26

 [Kamus Kecil]
  KS.- a. Roh Allah, Roh Tuhan
          [PL] Kej 1:2; 41:38; Kel 31:2-3; Bil 24:2; Hak 3:10; 11:29;
                 1Sam 10:6,10; 2Raj 2:16; Mazm 51:11; Yes 11:2; 61:1;
                 Yeh 36:27; Yoel 2:28-29; Mi 3:8; Za 4:6.
       b. Roh jahat
          [PL] umum, 1Sam 16:14-23.
          [PB] Mr 1:23,26,27; 3:11; 5:3; 1Kor 7:5; 10:20-21; 1Tim 4:1;
                Wahy 9:20; 12:9; 16:13-14; 18:2; 20:2
       c. Roh jahat dengan Yesus
          [PB] Mat 4:24; 8:16; 28:20; Mr 3:11,23,30; 5:8,13; 7:25;
                Mr 9:17,20,25; Luk 11:14-26.

 Topik:
 ROH KUDUS (Holy Spirit)
 Perjanjian Lama
    Kej  1:2; 6:3; 41:38
    Kel  31:3
    Bil  27:18
    Neh  9:20
    Ayub 16:19; 32:8; 33:4
    Mazm 51:11; 139:7
    Yes  11:2; 30:1; 32:15; 40:13; 42:1; 44:3; 48:16; 51:12; 59:19,21;
    Yes 61:1; 63:10
    Yeh  36:27; 37:14; 39:29
    Yoel 2:28
    Mi    3:8
    Hag  2:5
    Za    4:6
 Perjanjian Baru
    Mat  1:18; 3:11,16; 4:1; 10:20; 12:28; 28:19
    Mr    12:36; 13:11
    Luk  1:15,35,67; 2:25-27; 11:13; 12:12
    Yoh  1:33; 6:63; 7:39; 14:16-17,26; 15:26; 16:7-8,13-14; 20:22
    Kis  1:2,5,8,16; 2:2-4,33,38; 4:31; 5:32; 6:5; 7:51; 8:15;
    Kis 10:44,47; 11:15-16; 13:2,4,9,52; 15:8,28; 16:6-7; 19:2,6; 20:28
    Rom  5:5; 8:9,11,14-16,26-27; 14:17; 15:13,16,30
    1Kor 2:4,10-14; 3:16; 6:11,19; 12:3-4,7-11
    2Kor 1:22; 3:3,17-18; 13:14
    Gal  3:2; 4:6; 5:16-18,22-23
    2:18; 3:5; 4:3-4,30; 5:16; 6:17-18
    Fili 2:1
    1Tes 1:5-6; 4:8; 5:19
    2Tes 2:13
    1Tim 4:1
    2Tim 1:14
    Tit  3:5
    Ibr  6:4; 9:14; 10:29
    1Pet 1:2,11-12; 3:18
    2Pet 1:21
    1Yoh 3:24; 4:2,13; 5:7
    Yud  1:19

 Kata Ibrani ruah dan kata Yunani pneuma berarti ‘napas’ atau ‘angin’, dan diterjemahkan dengan ‘roh’, yang menunjukkan kuasa pemberi kehidupan yang tak terlihat. Jika digabungkan dengan ‘kudus’, maka kuasa itu dikatakan sebagai yang ilahi, meskipun kombinasi dua kata tersebut hanya tampak tiga kali dalam PL (Yes 63:10,11; Mazm 51:9).

 Roh dalam Kej 1:2 adalah kuasa Allah, yang dengan-Nya Allah menciptakan alam semesta. Itu adalah roh yang menyemarakkan persekutuan dengan pengharapan masa depan (Yeh 11:14-21) dan yang menghembuskan kehidupan ke dalam tulang-tulang kering di lembah dalam penglihatan Yehezkiel (Yeh 37:1-10). Dinubuatkan bahwa era mesianik di masa depan akan ditandai dengan karunia Roh Allah ke atas semua bangsa, tanpa memandang umur atau jenis kelamin (Yoel 2:28).

 Pembicaraan mengenai Roh Kudus dalam Injil-injil Sinoptik hanya sedikit, kecuali pada saat kelahiran Yesus (Mat, Yoel 1:18; Luk 1:35) dan pembaptisan-Nya (Mr 1:8). Dikatakan bahwa Roh bekerja dalam pelayanan Yesus melawan kuasa-kuasa jahat (Mat 12:28). Sedikitnya petunjuk tentang Roh Kudus mungkin karena adanya keyakinan bahwa karya Roh Kudus baru terlihat setelah kebangkitan Yesus (Yoh 7:39).

 Dikatakan bahwa setelah kebangkitan, Roh Kudus akan menjadi penopang semangat misioner jemaat (Kis 1:8), sebagaimana dijanjikan Yesus (Luk 24:49). 50 hari setelah Paskah (Kis 2:1), atau pada malam Paskah (Yoh 20:22) Roh Kudus turun, Dia adalah Roh Kristus (Rom 8:4;2Kor 3:18). Paulus tidak menyamakan Yesus dengan Roh Kudus. Juga tidak dalam 2Kor 3:17, di sana terdapat kesamaan fungsi dalam karya penebusan. Roh bekerja melalui Gereja, dan Kisah Para Rasul merupakan cerita panjang lebar mengenai pimpinan Roh atas para rasul dan para pemberita Injil. Dalam Injil Yohanes lima kali Roh itu disebut sebagai ‘paraklete’, yang berarti ‘pembela’. Ia hadir untuk memperdalam pengertian para murid mengenai kebenaran Kristus. Sebagaimana Roh memenuhi jemaat (Ef 4:4), Ia juga adalah kuasa yang membimbing orang beriman secara individual dan mengaruniakan berbagai karunia kepada mereka untuk melayani seluruh persekutuan (1Kor 12:7), jangan dikacaukan dengan roh-roh jahat (Rom 8:5) yang menimbulkan perselisihan (1Tim 4:1). Karena itu, roh’ dipertentangkan dengan ‘daging’, yang berturut-turut merupakan sifat kehidupan zaman baru dan kehidupan lama.

 Dalam teologi Kristen kemudian hari, Roh Kudus adalah pribadi ketiga Trinitas — dalam PB bukanlah doktrin yang dapat dilihat secara eksplisit. Namun, dipertahankan bahwa para penulis PB memberi jalan bagi apa yang pada waktunya didefinisikan oleh Bapa-bapa Gereja, yang hidup dalam iklim filsafat Yunani. Mereka menggunakan terminologi zamannya untuk menarik implikasi-implikasi metafisik dari data PB.

Tujuan Roh Kudus: 
Supaya orang-orang Kristen mengerti dengan benar bahwa Roh Kudus itu adalah Allah berdasarkan Firman-Nya Dalam Alkitab. Pendahuluan: Sampai disini kita harus makin waspada agar jangan sampai terjebak dalam pemikiran, siapakah yang lebih besar atau siapakah yang lebih berkuasa, di antara Allah Bapa, Allah Anak (Yesus Kristus), Allah Roh Kudus. Harus kita ketahui bahwa ketiga Pribadi dalam Tritunggal itu adalah sama, dan setara. Dikatakan bahwa tidak ada yang lebih dahulu dan yang terlebih kemudian. Tritunggal ada bersama-sama sejak kekal. Roh Kudus adalah Pribadi sendiri. Dia bukan sekedar kuasa Allah. Dia merupakan Pribadi tersendiri dari Allah. 
 I. Bukti Roh Kudus adalah Allah 
1. Roh Kudus memiliki nama-nama Ilahi. 
a. Ia disebut Roh Allah (Kor 6:11). 
b. Ia disebut Roh Kristus (Roma 8:9). 
c. Ia disebut Roh yang Kekal (Ibr 9:14). 
d. Ia disebut Roh Kebenaran (Yoh 16:13).
e. Ia disebut Roh Kemuliaan (I Petrus 4:14). 
f. Ia disebut Roh Kekudusan (Roma 1:4). 
Nama-nama ini menunjukan bahwa Ia melakukan apa yang hanya dapat diperbuat oleh Allah saja. (Roma 8:15). 
2. Roh Kudus disertakan dengan Allah Bapa, maupun Yesus Kristus (Mat 28:19; 2 Kor 13:13). 
3. Roh Kudus memiliki sifat-sifat Ilahi. 
a. Roh Kudus Mahatahu (1Kor 2:10-11).
b. Roh Kudus Mahahadir (Mzm 139:7). 
c. Roh Kudus Mahakuasa (Kish 1:2). 
d. Roh Kudus Memberi Hidup (Rm 8:2). 
e. Roh Kudus Sumber Hikmat (Yes 40:13).
f. Roh Kudus Kekal (Ibr 9:14). Sifat ini hanya dimiliki oleh Allah saja. 
4. Roh Kudus mengerjakan pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh Allah. 
a. Roh Kudus bekerja dalam penciptaan alam semesta (Kej 1:12). 
b. Roh Kudus menilhamkan Firman Allah (2 Pet 1:21). c. Roh Kudus mengandungkan Kristus melalui perawan Maria (Luk 1:35). 
d. Roh Kudus meyakinkan Orang-orang percaya (Yoh 16:8). 
e. Roh Kudus Melahirkan Kembali seseorang secara rohani hingga menjadi Kudus (Yoh 3:5-6). 
f. Roh Kudus memberi Penghiburan (Yoh 14:26). 
g. Roh Kudus menyucikan /menguduskan (2 Tes 2;13). 
II. Penutup 
Roh Kudus adalah Allah sebagaimana dibuktikan nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya.dan Karya-karya-Nya. Amin
III. Keputakaan 
a. Alkitab LAI
b.D. F. Walker, Konkordansi Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia)), 2003.
c. See ID_ENSIKLOPEDI_ALKITAB ROH KUDUS




Allah memperhatikan penderitaan umat

  Allah memperhatikan penderitaan umat (Keluaran 2:23-3:10) Ketika menderita, kadang kita menganggap bahwa Allah tidak peduli pada penderita...