Sunday, February 18, 2018

Ciri Pertumbuhan Jemaat Secara Kualitas

Ciri Pertumbuhan Jemaat Secara  Kualitas

Hidup Dalam Pertobatan
Sebagai anggota jemaat dalan satu gereja wajib hidup sesuai aturan Tuhan, dan mengikuti teladan yang telah diberikan kepada setiap orang percaya. Karena Tuhan mau setiap umat yang percaya harus benar-benar hidup sesuai firman Tuhan. C. Peter Wagner menjelaskan dalam buku yang berjudul. Gereja Saudara Dapat Bertumbuh, menjelaskan bahwa:
Maksud keseluruhan Allah bagi orang dunia yang belum selamat adalah dasar bagi kekristenan Perjanjian Baru dan juga bagi pertumbuhan gereja. “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang,” demikian dikatakan oleh Yeusus sendiri (Lukas 19:10). Tuhan itu panjang sabar, kata Petrus menambahkan, “karena Ia menghendaki supaya jnagan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.” (II Petrus 3:9).[1]
Orang percaya perlu bertobat dan kembali kepada Tuhan karena Tuhan yang hidup itu mencari dan menyelamatkan orang-orang yang terhilang. Sebab Dia yang dapat dipercayai itu ada di dalam Alkitab dan Dia ada, untuk mencari dan mendapatkan. Yang hilang itu tujuan kedatangan Tuhan Yesus kedalam dunia ini.

Berdoa
Orang percaya dapat berdoa kepada Tuhan karena, itu adalah satu keawajiban yang mutlak dan tidak dapat dihindari oleh siapapun yang percaya kepada-Nya. Kehidupan yang dimiliki oleh setiap umat manusia adalah berasal dari Tuhan sendiri, segala kekautan, kemampuan, akal budi, hikmat, pengatahun adalah semuanya berasal dari Tuhan sehingga tidak ada satu seorang manusia yang dapat berkata bahwa segala yang ada dalam hidupnya berasal dari kekauatan sendiri. Sesungguhnya semuanya adalah milik Tuhan, manusia hanya diberi hak kebebasan untuk menggunakannya. Nancy Jo Sulivan dalam bukunya yang berjudul, Kuasa Doa Itu Nyata, menjelaskan bahwa:
“Doa adalah percakapan dengan Allah, dapat memberikan keyakinan. Doa adalah tempat bertemu dengan Allah setiap hari. Doa adalah sudut pengharapan tempat kata-kata dari hati. Doa adalah payung kedamaian. Dibawah naungan-Nya, Allah menatap kedalam mata dan memegang tangan serta berkata, “Anak-Ku, engkau berharga dimata-Ku, dan Aku mengasihimu.” Berulang kali Alkitab mendorong kepada untuk berdoa, tetapi kerap  kali orang percaya ditahan oleh rasa takut bahwa apa yang akan diminta  adalah sesuatu yang keliru atau menggunakan kata-kata yang salah. Allah tidak ingin orang yang datang kepadanya tidak  merasa sendirian, tak ada tempat berteduh, dan menggigil saat badai permasalahan mengelilingi kehiupannya. Dia betul-betul ingin agar anak-anak-Nya tahu bhawa Dia selalu menyertai, melindungi, dengan kehadiran-Nya yang penuh kasih. Dalam doa, Allah menerima setiap orang yang datang pada-Nya dengan  apa adanya. Dia menghargai permohonan anak-anak-Nya ketika  berkata kepada-Nya , “Aku membutuhkan Engkau.” Dalam doa tidak perlu membuat permintaan yang sempurna untuk dapat menggerakan tangan Allah. tidak ada formula ajaib agar doa dijawab. [2]
Keadaan yang tidak mungkin bagi manusia jika dibwa kepada Tuhan itu akan menjadi mungkin, pertumbuhan orang percaya dalam kerohanian itu adalah sealalu memiliki waktu untuk berdoa dalam keadaan apapaun. Dalam  prakteknya, kasih haruslah dilakukan dengan tulus murni seperti kasih Allah Bapa. Kasih Allah Bapa adalah kasih yang kekal. Mengasihi Tuhan dengan sepenuh hati, dan harus ada harga ynag dibayar, dan pertumbuhan ini harus dilakukan dengan kesungguhan hati sepanjang hidup tanpa ada batasnya.



Bersekutu
Setiap umat yang wajib bersekutu dengan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari, orang percaya mempunyai kesempatan yang luas untuk bersekutu kepada Tuhan tanpa dibatasi waktu. Tuhan senantiasa menunggu dan menanti setiap anak-anak yang datang untuk memuji dan memuliakan nama-Nya. Kehidupan orang percaya dilihat dari bagaimana hubungan dengan Tuhan apa yang dilakukan adalah baik, tetapi ketika Tuhan memlihat akan kehidupan manusia Dia sangat sedih karena manusia yang Dia ciptakan hidup tidak sesuai dengan kemauan Tuhan. Orang memiliki persektuan dengan Allah adalah mereka yang mempunyai hungan yang intim dengan Tuhan. Leonardo A. Sjiamsuri, dalam bukunya yang berjudul, Tujuh Langkah mencari Kemenangan  dan Terobosan, menjelaskan bahwa:
Yakobus mengatakan bahwa iman harus disertai dengan tindakan nyata. Kalau tidak disertai perbuatan nyata, maka iman itu pada hakekatnya mati. (Yakaa. 2:17). Ia melanjutkan tulisannya dengan mengambil contoh Abraham, dengan mengatakan, “Bukankah Abaraham, bapa kitaa, dibenarkan karena perbuatan-perbuatan, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya,di atas mesbah (Yak. 2:21). Abraham tidak hanya dan percaya secara pikiran dan kemauan. Ia mempraktikannya! Ketaatan tanpa disertai dengan tindakan sam sama dengan ketidka taatan. [3]
Tuhan mau supaya umat yang percaya, mempunyai persektuan dengan Allah yang benar sehingga Ia menyatakan kuasa-Nya bagi orang yang membutuhkannya. Belajarlah melalui kehidupan Abraham, mempunyai persektuan yang benar dengan Tuhan sehinggaTuhan melakukan perkara yang besar dalam kehidupannya. Milikilah persekutuan yang benar dengan Tuhan sehingga Tuhan akan melakukan perbuatan yang besar dalam setiap kehidupan orang percaya. Pertumuhan yang ideal sebenarnya adalah yang dilakukan selangkah demi selangkah dan senantiasa memerikas diri dibawah kuasa terang Roh Kudus, supaya memperoleh buah yang banyak dan tetap. 

Bersaksi
Tuhan menciptakan setiap manusia  dengan keadaan dan kehidupan yang berbeda bahkan. Kehidupan yang berbeda tersebut akan membawa banyak hal dan keadaan yang terjadi dalam kehidupan setiap orang tersebut, dapat mengakibatkan hal-hal yang baik maupun yang buruk bisa terjadi. Sebagai orang percaya harus mempunyai tujuan hidup yang pasti sehingga apapapun keadaan dan kondisi yang dihadapi pasti ada jalan keluar karena sudah mengetahui cara untuk menyelesaikannya.
Orang yang belum percaya kepada Tuhan tidak akan pernah mengerti kehidupan tentang kehidupan yang kekal. Sebagai orang percaya perlu menjadi teladan dalam hidup mereka, saksikan apa yang Tuhan sudah lakukan dalam setiap kehidupan sebagai orang percaya, miliki kepekaan dalam hidup, supaya orang yang belum percaya, akan melihat kehidupan umat yang percaya, itu akan menjdi berkat bagi mereka dalam kehidupannya sehingga suatu saat merka juga percaya kepada Tuhan. Rasul Paulus berkata jadikan diri kita sebagai surat yang terbuk di muka bumi ini supaya dapat dibaca oleh orang-orang yang belum percaya kepada Tuhan.

Menjauhkan Diri Dari Dosa
Hidup yang jujur itu sangat tidak mudah. Leonardo A. Sjiamsuri menjelaskan bahwa:
Teladan  hidup dari seorang tokoh dalam Alkitab dapat menjadi satu pelajaran berharga bagi kehudupan umat yang percaya. Yusuf adalah salah satu dari tokoh yang benar-benar mempertahankan kehidupan kesucian dihadapan Tuhan, ketika ia di jual oleh saudara-saudaranya kepada orang Mesir, disitulah Tuha menyertai Yusuf  betapa, dia memjadi orang yang sangat taat kepada Tuhan sehingga Tuhan mengangkat dia menjadi raja di Mesir pada waktu kelaparan yang hebat terjadi di Mesir. Yusuf telah membuktikan ketaatan dan kesucaian dihadapan Tuhan. (Kejadian 39:1-23). Dalam Kejadian 39:9b. “Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah.”[4]

Jelas bahwa Yusuf begitu mencintai Tuhan dengan menaati perintahnya, sehingga istri potifar membujuk dia untuk melakukan hal yang tidak benar dihadapan Tuhan, namun ia menolaknya. Yusuf telah membuktikan kepercayaan yang sunggih kepada Tuhan. Sebagai orang percaya teladani kehidupan Yusuf diamanapun, kapanpun, dan dalam keadaaanapapun yakin bahwa Tuhan pasti akan selalu menyertai.

Membritakan Injil
Orang percaya dapat memberitakan Injil kepada setiap orang yang belum mengenal kepada Tuhan. D. Ellis, dalam bukunya, Metode Penginjilan, mengatakan bahwa:
 Siapakah yang bertangung jawab mengabarkan Injil? Pendeta? Majelis? Misionaris? Umumnya orang Kristen menganggap keawjiban mengabarkan Injil adalah tanggung jawab para pemimpin Gereja. Alkitab tidak membenarkan anggapan ini. Alkitab tegas menandaskan: Semua orang percaya adalah “garam” atau “terang dunia” (Mat. 5:13-16). “Kamu akan menjadi saksi-Ku” (Kis. 1:8); “Kami adalah utusan-utusan Kristus” (2Kor5:20). Teladan orang Kristen pada Gereja mula-mula (kis. 8:1,4). Perintah Yesus Kristus (mat. 28:19,20). Menyimak keempat butir diatas, jelaslah kewajiban mengabarkan Injil adalah tanggung jawab setiap orang yang telah menerima Kristus menjadi Juruselamatnya. Setiap orang percaya wajib mengabarkan Injil sesuai kemampuan dan karunia-karunia yang dianugerahkan Roh Kudus kepadanya.[5]   
Kekautan yang dimiliki oleh orang percaya adalah Tuhan Yesus Kristus karena Dia adalah sumber kehidupan, sehingga wajib bagi orang percaya untuk memberitakan injil. Tidak membedakan usia, karena kesempatan untuk mengabarkan Injil itu. Keseimbangan kasih karunia dan kebenaran Kristus tidak hanya terlihat saat Ia menyampaikan inil tetapi juga terlihat dalam sikap dan perilakua-Nya. Dalam kehidupan, pekerjaan-Nya juga terlihat keseimbangan kasih karunia dan kebenaran.



[1]C Peter Wagner, Gereja Saudara Dapat Bertumbuh, (Malang: Penerbit: Gandum Mas,1990), 34. 






[2]Nancy Jo Sullivan, Kuasa Doa Itu Nyata, (Yogyakarta: Penerbit: Gloria Graffa, 2008), 10-11.

[3]Leonardo A. Sjiamsuri, Tujuh Langkah Mencapai Kemenangan & Terobosan , (Jakarta: Penerbit Nafiri Gabriel, 2005), 15-16   




[4]Leonardo A. Sjiamsuri, Tujuh Langkah Mencapai Kemenangan & Terobosan , (Jakarta: Penerbit Nafiri Gabriel, 2005), 16.   

[5]D. W. Ellis, Metode Penginjilan, (Jakarta: Penerbit YKBK, 2005), 7.


Allah memperhatikan penderitaan umat

  Allah memperhatikan penderitaan umat (Keluaran 2:23-3:10) Ketika menderita, kadang kita menganggap bahwa Allah tidak peduli pada penderita...