Saturday, August 3, 2024

Allah memperhatikan penderitaan umat

 

Allah memperhatikan penderitaan umat (Keluaran 2:23-3:10)

Ketika menderita, kadang kita menganggap bahwa Allah tidak peduli pada penderitaan kita. Tentu salah jika kita berpikir demikian. Allah kita adalah Allah yang sangat peduli terhadap penderitaan manusia, terutama penderitaan umat-Nya. Ini dapat kita lihat dalam nas hari ini.

Setelah ratusan tahun di Mesir, umat Israel -yang merasa menderita- berseru kepada Allah (23-24). Allah pun mengingat perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak, dan Yakub. Ia kemudian menjalankan rencana-Nya untuk menyelamatkan mereka dari perbudakan Mesir. Dalam bahasa Ibrani kata "mengingat" bukan berarti hanya secara pemikiran/kognitif, yaitu bahwa tadinya lupa dan sekarang ingat, tetapi mencakup tindakan juga. Jadi ini berarti, telah tiba waktunya bagi Allah untuk bertindak seturut dengan perjanjian-Nya kepada Abraham, Ishak, dan Yakub.

Allah kemudian memanggil Musa dan menyatakan bahwa "Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan mereka" (7). Allah kita memang adalah Allah yang sangat peduli dengan kesengsaraan umat-Nya, terutama mereka yang ditindas. Sebab itu Allah berkata bahwa jika kita menindas janda dan anak yatim lalu mereka berseru kepada Allah, maka Allah akan mendengar seruan mereka dan akan menyatakan murka-Nya kepada mereka yang menindas janda dan anak yatim tersebut (Kel. 22:22-24).

Kita harus mengerti bahwa Allah sangat peduli dengan penderitaan kita, karena itu jangan berhenti berseru kepada Allah untuk memberikan pertolongan kepada kita. Jika pertolongan tidak datang seturut yang kita inginkan, maka kita harus percaya bahwa itu bukan karena Allah tidak peduli, tetapi pasti ada rencana Allah dibalik penderitaan tersebut. Sebaliknya, kita juga harus berhati-hati jangan sampai kita menindas mereka yang lebih lemah karena ketika mereka berseru kepada Allah, maka Allah pasti akan mendengar seruan mereka dan akan menunjukkan murka kepada kita, yang menindas mareka yang lemah.

Diskusi renungan ini di Facebook: 

http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/05/27/

Thursday, August 1, 2024

Iman dan Janji

Iman dan Janji (Roma 4:13-25)

Kita hidup pada zaman di mana manusia sangat mudah melanggar janji, seperti: janji perkawinan, janji persahabatan, perjanjian kerja, dan lainnya. Beda halnya dengan Allah. Ketika Allah berjanji, Ia pasti menepatinya. Dan kepada orang-orang yang percaya kepada-Nya, Allah memberikan janji bukan karena perbuatan mereka, melainkan karena iman mereka (13-14).

Dalam rencana keselamatan Allah, janji-Nya sangat penting. Hal itu ditegaskan Paulus dalam perikop ini hingga lima kali (13-14, 16, 20-21). Lalu apa kaitan antara iman dan janji tersebut? 

Pertama, orang beriman beroleh janji Allah (13-17). Paulus menegaskan hal ini melalui teladan Abraham ketika imannya diperhitungkan sebagai kebenaran oleh Allah. Selain itu, Allah juga memberikan janji kepada Abraham sebagai bapa dari segala bangsa (16-17).

Kedua, orang beriman memercayai janji Allah (18-22). Paulus memakai contoh Abraham yang meskipun tidak mempunyai dasar untuk percaya dan berharap, namun ia memilih tetap percaya dan berharap kepada Tuhan dan janji-Nya (18-21).

Menariknya, Paulus pun menegaskan pada bagian akhir dari perikop ini bahwa kedua hal tersebut bukan hanya berlaku bagi Abraham, tetapi juga bagi kita yang percaya kepada Yesus (23-25).

Allah membenarkan kita melalui karya penebusan Kristus di kayu salib. Bagian yang terbaik telah Ia kerjakan. Karena itu, marilah kita juga melakukan bagian yang dipercayakan Allah kepada kita.

Sebagai orang percaya yang memiliki iman dalam Yesus Kristus, marilah kita senantiasa berpegang dan percaya pada janji Allah, yaitu janji keselamatan dalam Yesus Kristus.

Demikianlahlah ungkapan rasa syukur kita. Karena itu, jangan biarkan kesulitan hidup menggoyahkan iman dan pengharapan kita kepada-Nya. [MFS]

Dosa merusak Persekutuan

Dosa merusak Persekutuan (1 Yohanes 1:5-10)

Persekutuan jemaat berarti juga persekutuan antarjemaat dan persekutuan dengan Allah. Persekutuan dengan Allah berarti persekutuan dalam Terang (ayat 5), oleh karena itu persekutuan manusia dengan Allah tidak mungkin terjadi dalam kegelapan. Dosa mengakibatkan rusaknya persekutuan dengan Allah dan dengan sesama. Yohanes memaparkan 3 hal yang merusak persekutuan manusia dengan Allah. Ketiganya dimulai dengan frasa ‘jika kita katakan’ (ayat 6,8,10).

✅Pertama, hidup dalam kegelapan (ayat 6). Orang menyatakan dirinya memiliki persekutuan dengan Allah, namun hidup dalam dosa, orang demikian memisahkan iman dan perbuatan. Mereka berpendapat bahwa apa yang dipercaya tidak perlu dilakukan di dalam hidup sehari-hari. Kehidupan hari Minggu kelihatan saleh dalam ibadah, tetapi di luar ibadah, hidupnya bergelimang dalam dosa. 

✅Kedua, tidak berdosa (ayat 8). Orang menyatakan dirinya memiliki persekutuan dengan Allah, tetapi merasa tidak perlu mengaku dosa kepada Allah. Allah adalah Terang. Ketika kita menghampiri Terang, maka kegelapan diri kita akan disoroti. Allah tidak hanya menyingkapkan dosa-dosa kita, tetapi juga mengarahkan kita untuk melihat kuasa darah Yesus yang menyucikan segala dosa kita (ayat 7). Akibat serius jika kita menyatakan diri tidak berdosa adalah rusaknya persekutuan dengan sesama (ayat 7) dan persekutuan dengan Allah (ayat 10).

✅Ketiga, tidak pernah berbuat dosa (ayat 10). Merasa bahwa semua perbuatan dosa dianggap bukan dosa. Penyangkalan dosa tidak hanya menipu diri sendiri, tetapi menjadikan Allah sebagai penipu. Allah tidak dapat bersekutu dengan dosa. Salib menjadi tempat di mana Allah menghukum dosa. Penolakan terhadap dosa sama artinya dengan menolak firman Allah yang menyatakan bahwa semua manusia berdosa dan perlu pengampunan dosa oleh darah Yesus. 

Renungkan: Kapan kita terakhir sekali menyadari dosa dan mengaku dosa kepada Allah? SH

Tuesday, July 23, 2024

JANGAN KUATIR!

 

JANGAN KUATIR! (Filipi 4:6)

“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” (Filipi 4:6)

Sebagai manusia kita dapat mengalami kekuatiran. Dalam dunia sekarang ini, saat penyakit covid 19 beberapa tahun lalu yang datang ke dunia ini, banyak kita yang mengalami kekuatiran seperti: kuatir kehilangan orang yang kita kasihi, kuatir tentang kehilangan pekerjaan, kuatir masalah keuangan, kuatir dengan keamanan keluarga, dll. Ketika rasa kuatir itu timbul dalam hati kita, maka kita kehilangan damai dan sukacita dalam hidup kita.  Bagaimana kita harus menghadapi kekhawatiran dalam hidup ini, sehingga kita tidak kehilangan damai itu?

Saudara terkasih, kita dapat belajar dari Paulus, dalam menghadapi kekuatiran tersebut, lewat Firman Tuhan yang dituliskannya kepada jemaat Filipi ini. Sebagai manusia, seperti kita, Paulus juga punya alasan untuk kuatir: usianya yang menua, dirinya yang dipenjara, dimana tidak ada kejelasan apa ia akan bebas atau ia akan mati di penjara. Namun ditengah tantangan dan kesusahan yang dialaminya, ia mempunyai rahasia untuk tidak kuatir, dan tetap memiliki Damai Sejahtera. Itulah yang dibagikannya kepada jemaat Filipi dalam Firman yang menjadi renungan harian kita hari ini.

Apakah rahasia untuk tidak kuatir itu? 

✅Pertama, Nyatakanlah segala keinginan kita pada Tuhan. Dalam setiap hal yang kita hadapi dan jalani dalam hidup ini, kita seharusnya menghadapinya dan menjalaninya dengan berharap pada Tuhan, menyampaikan segala keinginan kita kepadaNya. Dia umber berkat itu. 

✅Kedua, berdoa. Doa adalah nafas kehidupan orang percaya. Lewat doa, orang percaya berkomunikasi dengan Allah. Doa adalah tanda bahwa kita mengakui sebagai manusia, kita terbatas, kita memerlukan Tuhan dalam hidup kita.  Maka dalam hal ini Paulus mengajak kita agar kita menyerahkan seluruh kekuatiran kita pada Tuhan. 

✅Ketiga, Mengucap Syukur. Tindakan Mengucap syukur, merupakan tindakan yang disenangi Allah dalam setiap hidup umat-Nya ( 1 Tes. 5:18). Hanya dengan selalu bersyukur dalam segala hal, kita mampu menjauhi kekuatiran dalam hidup kita. (TS)

Doa: Tuhan, aku tidak akan kuatir karena Engkau selalu ada bersamaku. Amin

Kata bijak:

Nyatakanlah keinginanmu pada Tuhan, jangan kuatir lagi.

Sunday, June 16, 2024

Hidup sebagai anak terang (Efesus 5:1-22)

Hidup sebagai anak terang (Efesus 5:1-22)

Sebagai anak-anak terang, umat Allah hidup dengan meneladani Allah (ayat 1). Sama seperti Yesus yang meneladani Allah demi
kian juga umat-Nya. Paulus juga mendorong orang percaya untuk meneladani Kristus (ayat 2). Hidup dalam kasih merupakan bukti nyata meneladani Kristus. Secara khusus, anak-anak terang harus menjauhi perbuatan seksual. Seks adalah pemberian Tuhan dan hanya boleh dinikmati dalam konteks pernikahan. Sehingga setiap perbuatan seks di luar pernikahan harus dihindari. 

Tidak hanya perbuatan seks yang dibuang, juga perkataan vulgar dan kotor (ayat 4). Mengapa? Ada 4 alasan. 

1. Orang yang amoral dan vulgar akan dihukum. Segera bertobat untuk menerima pengampunan. 

2. Berkaitan dengan hakikat sebagai anak-anak terang (ayat 8-14). Anak-anak terang tidak pantas berlaku amoral dan vulgar (ayat 11). Menjauhi perbuatan jahat tidak berarti membuang orang yang melakukannya. Jika orang percaya menjauhi orang jahat, bagaimana ia bisa percaya pada Yesus dan diperbarui? Jika tidak ada yang mengasihi orang yang amoral dan vulgar, siapa yang akan menelanjangi perbuatan tersebut? Perbuatan dan orang yang berbuat adalah dua hal yang berbeda. Perbuatannya harus ditelanjangi agar orangnya bertobat dan datang pada Yesus untuk menerima pengampunan. 

3. Anak-anak terang memiliki hikmat untuk hidup sebagai anak-anak terang (ayat 15-17). Menjadi orang berhikmat berarti mengutamakan kehendak Allah di dalam seluruh hidup (ayat 17). Perbuatan amoral dan vulgar bukan kehendak Allah. 

4. Berhubungan dengan Roh Kudus (ayat 18-21). Anak-anak terang telah dipenuhi Roh. Ini berakibat lahirnya suatu persekutuan dimana pujian dominan. Dipenuhi Roh berarti dipenuhi ucapan syukur. 

Renungkan: Hakikat menentukan fungsi. Artinya, tentara hidup sebagai tentara, atlit hidup sebagai atlit, dan dokter hidup sebagai dokter. Terlihat aneh jika artis hidup sebagai tentara. Adalah tidak benar bila anak-anak terang hidup sebagai anak-anak gelap. (sh)

Pertolongan Datang dari Allah (Yesaya 35:1-10)

Pertolongan Datang dari Allah (Yesaya 35:1-10)

Kita harus mengakui bahwa tidak mudah menjadi umat Allah. Banyak yang mengira setelah beribadah kepada Allah, kehidupan akan lancar dan bebas hambatan. Sejatinya, Allah tidak pernah menjanjikan hal tersebut.

Selama masih berada di dunia, kita pasti akan mengalami persoalan hidup. Penyakit, pertengkaran, masalah keuangan, dan pergumulan lainnya yang bisa saja berkepanjangan. Semua itu bisa menenggelamkan kita, membuat kita terpuruk dan tidak berdaya.

Yesaya menggambarkan pertolongan dari Allah dengan sangat baik. Ketika pertolongan dan keselamatan yang dari Allah datang, maka kegirangan akan memenuhi sekalian tempat. Semuanya akan bersorak menyambut datang-Nya Allah Sang Penyelamat dan Penebus umat-Nya. Padang gurun dan padang kering tidak dapat menahan sukacitanya, padang belantara akan bersorak dan berbunga (1).

Saat pertolongan dari Allah datang, semua keadaan manusia akan berubah secara total. Orang yang tidak dapat melihat kebenaran akan dicelikkan dan orang yang sudah tidak pernah mendengar kebesaran Allah akan kembali mendengarnya (5). Orang lumpuh, yaitu yang tawar hati dan tidak lagi memiliki semangat akan melompat-lompat dan orang yang menderita akan bersorak. Pertolongan Allah seperti mata air yang memancar di padang gurun, memberikan kesejukan. Seperti jalan raya yang tak ada hambatan, memberikan kepastian dan kedamaian. Seperti sebuah kehidupan tanpa bahaya.

Pertolongan dari Allah begitu sempurna. Ia membawa kesegaran, mengajarkan tentang makna kehidupan agar kita mengenal keterbatasan diri di hadapan-Nya Yang Mahakuasa, tak terpikirkan, tak terselami, dan sering kali mengejutkan. Oleh karena itu, berhentilah dari keluh kesah walaupun sulit keadaan kita pada hari ini. Mari kita berdiam dalam keheningan dan mencoba merasakan kehadiran Allah. Mari kita memohon agar Allah datang sebagai penyelamat. Marilah kita menantikan Allah, dengan cara-Nya yang ajaib, menjadi penolong dan sumber keselamatan hidup kita. [SMR]

Pertobatan & kesembuhan (Yakobus 5:12-20)

Pertobatan & kesembuhan (Yakobus 5:12-20)

Topik 'pengendalian lidah' masih menggarisbawahi pesan yang Yakobus sampaikan kepada pembaca suratnya. Pertama, dalam peringatan agar orang Kristen tidak bersumpah. Kedua, dalam anjuran agar mereka yang jatuh sakit akibat dosa, saling mengakui dosa agar disembuhkan. 

Bersumpah adalah mengklaim atas nama Tuhan untuk menguatkan pernyataan seseorang. Larangan Yakobus sesuai dengan larangan menyebut nama Tuhan dengan sembarangan (Kel. 20:7). Juga sesuai dengan anjuran Yesus agar berkata "ya" bila ya, "tidak" bila tidak (Mat. 5:34-37). Maksudnya, orang Kristen harus memelihara satunya kata dan perbuatan. Kita harus berkata benar mengenai segala hal, dan tiap perkataan kita harus dapat dipercaya. 

Dalam segala keadaan, orang Kristen harus menyatakan ketergantungan dan syukurnya kepada Tuhan (13). Bila tubuh sedang lemah atau menderita penyakit berat yang memerlukan pelayanan hamba Tuhan, orang bisa memanggil penatua jemaat (sekarang mungkin sepadan dengan pendeta jemaat). Ada dua tindakan diperlukan agar doa itu dijawab Tuhan dengan menyembuhkan orang sakit tersebut. Pertama, pengakuan dosa. Si sakit harus mengakui dosanya kepada Tuhan, tetapi juga di antara sesama kepada siapa orang tersebut berbuat salah. Kedua, penatua jemaat diajari Yakobus untuk mengurapi dengan minyak (14). Pengolesan dengan minyak berkaitan dengan kebiasaan PL yang melambangkan berkat atau urapan Allah. Juga dengan kebiasaan saat itu yang menganggap minyak mengandung zat yang menyembuhkan. 

Doa dinaikkan dalam iman berarti dinaikkan dengan keyakinan akan kuasa Allah yang dapat menyembuhkan. Selain saling mendoakan, orang percaya pun harus bertindak membawa balik saudara seiman yang jatuh ke dalam dosa. 

Surat Yakobus menekankan iman yang harus dinyatakan dalam perbuatan. Hidup yang benar adalah bukti dan hasil dari iman. Iman dan kebenaran harus mewujud nyata dalam setiap aspek tindakan kita. sh

Monday, May 27, 2024

Terpujilah TUHAN

Terpujilah TUHAN (2 Samuel 22:1-30)

Mazmur ucapan syukur Daud kepada Allah ini intinya disimpulkan dalam ayat 22:3, 32, 47 [2x]) dan kata "selamat/meyelamatkan/keselamatan" (3 [2x], 4, 28, 36, 42, 47), merupakan kata kunci yang berulang kali muncul dalam keseluruhan mazmur ini.

Kata "musuhku" di ayat 4 lebih tepat diterjemahkan musuh-musuhku. Pernyataan umum tentang penyelamatan Tuhan dalam ayat 4 ini dijabarkan dalam ayat 5-20. Kita dapat melihat betapa Allah menyelamatkan pemazmur dengan menunjukkan murka dan kedahsyatan-Nya.

Apa alasan Tuhan menyelamatkan Daud? Karena "Ia berkenan kepadaku" (20) dan "Tuhan memperlakukan aku sesuai dengan kebenaranku" (21). Selain itu, ia hidup dengan mengikuti jalan dan hukum Tuhan (22-23) serta berlaku tidak bercela di hadapan Tuhan (24). Pada dasarnya Daud mengklaim bahwa ia mendapatkan keselamatan dan perlindungan dari Tuhan, karena ia telah dengan setia menjalankan ketetapan Tuhan dan menjauhi kesalahan. Namun di balik itu, Daud dapat melakukan kebenaran karena Allah yang menjadi pelitanya dan menyinari dia dalam kegelapan (29).

Pengakuan ini bukan menandakan bahwa Daud tidak pernah berdosa. Ia telah melakukan perzinaan dan pembunuhan yang mengerikan. Namun Daud tetap disebut sebagai orang benar karena ia telah menyesali dan bertobat atas dosa-dosanya. Daud mengerti bahwa perlindungan dan pemeliharaan Tuhan atas dia adalah bukti bahwa ia telah dibenarkan di hadapan Tuhan dan sedang menjalankan hidup yang benar. Karena Tuhan akan memberkati umat-Nya yang taat dan mengutuk umat-Nya yang tidak taat (Im. 26; Ul. 28).

Sebab itu marilah kita bertekun dan taat melaksanakan perintah Tuhan. Ingatlah bahwa Allah itu setia, maka kita pun harus setia. Peliharalah hidup benar sebagai ucapan syukur kita kepada Tuhan. sh

Hikmat dalam Bersikap

Hikmat dalam Bersikap (Amsal 27:1-14)

Nas hari ini memberikan kita nasihat bagaimana bersikap dalam keseharian. Pertama, kita jangan bersikap sombong berkenaan dengan hari esok, karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi. Begitu pula jangan menyombongkan diri tentang kehebatan sendiri, dan biarlah orang lain yang memuji (1-2).

Kemudian nas ini mengajarkan kita berhati-hati tentang perasaan kita, terutama perasaan negatif. Sakit hati manusia merupakan sesuatu yang terasa berat, terutama sakit hati yang ditimbulkan orang bodoh (3). Perasaan negatif lain yang sangat berat adalah perasaan cemburu, bahkan lebih parah dari panas hati dan murka (4). Amsal 14:30 berkata "Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang." Adalah baik kita menjaga jangan terus menimbun sakit hati dan cemburu, karena pada akhirnya hanya akan mencelakan diri sendiri.

Orang bijak tidak takut dengan teguran. Seharusnya ia mengharapkan orang lain dapat memberinya teguran atau kritikan, supaya ia dapat belajar menjadi lebih berhikmat (5-6). Karena itu, jangan mencari orang yang memuji dengan berlebihan. Tetapi, carilah teman yang memikirkan tentang kemajuanmu dan mau mengkritikmu. Di samping itu, madu yang manis akan diinjak oleh orang yang sudah kenyang. Namun segala yang pahit dirasakan manis oleh orang yang lapar (7). Dengan demikian, kita akan menerima secara berbeda sesuai keadaan kita. Lagi pula kita sering meremehkan hal yang baik, ketika kita terus diberkati dengan berlimpah. Sebaliknya, saat dalam keadaan susah, kita akan lebih menghargai sedikit yang diberikan kepada kita.

Selain itu, jangan sembarangan memberikan jaminan bagi orang asing, jika tidak ingin merasakan akibat buruknya (13). Kita perlu berhikmat dalam berbuat baik, supaya tidak mencelakakan diri sendiri. Demikian pula dengan memberi selamat. Jika tidak dilakukan dengan hikmat dapat menjadi sesuatu yang buruk. Untuk itu, kita perlu belajar mengatakan segala sesuatu dengan tepat dan pada waktu yang tepat (14). [IT]

Kunci Keberhasilan

Kunci Keberhasilan (Yosua 1:1-9)

Suksesi tidak selalu berjalan mulus. Terutama bila terjadi tiba-tiba dan tanpa kaderisasi. Ini akan mengakibatkan si pengganti kelabakan.

Bagaimana dengan Yosua yang tiba-tiba menggantikan Musa karena Musa meninggal dunia (1)? Kita tahu Musa adalah pemimpin besar. Tak heran bila Yosua merasa gentar menggantikan Musa memimpin bangsa Israel. Yosua memang telah menjadi asisten Musa sekitar empat puluh tahun, jadi pengalamannya sudah lebih dari cukup. Namun tugas baru itu tidak enteng. Musa dikenal sebagai sahabat Allah, siapakah yang dapat menyamai dia?

Lalu Tuhan berkata bahwa Israel akan mendapat daerah baru. Namun tanah itu berpenghuni, maka harus direbut melalui peperangan. Ini berat. Allah memahami keraguan Yosua, maka sampai tiga kali Ia berkata, ".....Kuatkan dan teguhkanlah hatimu....." (6-9). Dan tiap kali Allah mengatakan hal ini, Ia juga memberi alasan mengapa Yosua harus kuat yaitu karena kuasa Allah dan jaminan kemenangan-Nya.


Memang jika kita sadari bahwa tangan Allah yang kuat itu akan menolong kita, kita pasti dapat menghadapi apa saja. Karena itu bukan strategi perang yang dijabarkan Allah kepada Yosua untuk memperoleh tanah itu. Menurut Allah, kunci keberhasilan terletak pada ketaatan akan firman Allah. Apa pun tantangan yang kita hadapi, kita tahu bahwa kita punya kekuatan untuk mengatasi semua itu, dan kekuatan itu adalah Allah! Dengarlah apa yang Allah katakan kepada Yosua, "... bertindaklah hati-hati sesuai dengan seluruh hukum yang telah diperintahkan kepadamu ..." Dengan kata lain, Allah berkata kepada Yosua bahwa cara terbaik untuk menghadapi tantangan hidup adalah dengan hidup sesuai firman Tuhan.

Kita tentu sering mendengar hal itu. Namun seringkali Alkitab bukanlah yang pertama kita cari saat memikirkan penyelesaian masalah kita. Malah kita sering menjadikan Alkitab sebagai alternatif terakhir bila masalah tak kunjung usai. Perintah Tuhan kepada Musa kiranya mengingatkan kita untuk menjadikan firman Tuhan sebagai pelita bagi langkah kita dan cahaya bagi jalan kita. (sh)

Hitam-Putih & Diluar atau didalam Kristus

Hitam-Putih & Diluar atau didalam Kristus (Efesus 4:17-24)

Hitam bukan putih, keduanya berbeda tajam. Ilustrasi warna ini tepat untuk menggambarkan kehidupan orang Kristen yang jelas, sebagai manusia baru yang hidup di dalam Kristus. Artinya, hidup kita kini jelas-jelas telah menanggalkan manusia lama yang hidup dalam dosa. Orang yang ada di dalam Kristus tidak mungkin serempak hidup di dalam dosa.Dalam bagian ini Paulus memberikan perbandingan mencolok antara kehidupan orang di dalam Kristus dengan orang yang di luar Kristus. Orang yang berada di luar Kristus adalah orang yang tidak mengenal Tuhan. 

Mereka hidup terpisah dari Sang Pencipta, dan menyerahkan diri kepada kecemaran hawa nafsu untuk memperoleh kenikmatan semu (ayat 17-19). Sedangkan orang yang berada di dalam Kristus adalah orang yang mengenal Kristus. Mereka adalah orang yang hidupnya telah ditebus dari dosa, dan menjadi anak-anak Allah (ayat 21-24). 


Hidup mereka menuju kepada kehidupan kekal bersama Allah. Apa maksud Paulus membuat dan memaparkan perbandingan ini? Maksudnya adalah agar jemaat di Efesus melakukan tanggung jawabnya hidup sebagai orang kudus di dalam Kristus. Diharapkan pula bahwa kita, orang-orang Kristen sebagai tubuh Kristus masa kini pun melakukan tanggung jawab hidup kudus di hadapan Tuhan Yesus Kristus. 

Renungkan: Anda yang telah menanggalkan citra kemanusiaan lama untuk selama-lamanya, haruslah juga menanggalkan semua perilaku lama yang penuh kecemaran. sh

Allah memperhatikan penderitaan umat

  Allah memperhatikan penderitaan umat (Keluaran 2:23-3:10) Ketika menderita, kadang kita menganggap bahwa Allah tidak peduli pada penderita...