Friday, November 29, 2024

Antusiasme kepada Allah


Antusiasme kepada Allah (Mazmur 100:1-5)

Seberapa antusias kita bernyanyi dan memuji Allah? Pertanyaan ini mungkin dijawab dengan dua respons, yaitu antusias atau masa bodoh.

Jika pertanyaan ini diajukan kepada pemazmur dalam Mazmur 100, kita akan menemukan bahwa pemazmur sangat antusias menaikkan pujian kepada Allah. Penggunaan kata kerja aktif seperti: bersorak-soraklah, beribadahlah, datanglah, masuklah, dan pujilah menunjukkan betapa pemazmur begitu bersemangat dalam memuji Allah (1-4).

Antusiasme dalam memuji Allah adalah salah satu tema sentral Mazmur 100. Tema ini menutup mazmur pujian Allah sebagai Raja yang ada di pasal sebelumnya (psl. 93, 95-99). Pujian kepada Allah sebagai Raja dan Tuhan ditutup dengan puji-pujian yang antusias dari pemazmur. Antusiasme ini timbul karena pemahaman pemazmur mengenai identitas Tuhan yang adalah Allah dan Gembala (3) yang baik dan setia, yang kasih setia-Nya tetap turun-temurun (3-5).

Pemahaman pemazmur tentang siapa Allah telah membawanya kepada pemahaman tentang identitas diri dan bangsanya. Ia dan bangsanya adalah umat Allah dan kawanan domba gembalaan-Nya. Mereka mendapat jaminan perlindungan karena kebaikan dan kasih setia Allah (5).

Jadi, antusiasme pemazmur dalam memuji Allah timbul dari persekutuan dan pengenalan akan Allah secara pribadi. Tanpa pengenalan itu, mustahil orientasi hidupnya bisa berubah. Karena itulah, orang yang sudah mengalami pengenalan akan Allah pasti hidupnya penuh pujian.

Sebagai umat Allah, kita perlu memeriksa diri. Sering kali pemahaman kita mengenai Allah berhenti pada pengetahuan saja. Kita tidak mau belajar hidup dekat dengan Allah melalui firman-Nya dalam kehidupan kita sehari-hari. Inilah yang membuat kita tidak memiliki antusiasme dalam berelasi dengan Allah. Mari kita bertekad mengenal Allah tidak hanya dengan pengetahuan, tetapi juga antusiasme untuk berjumpa dengan Tuhan agar hidup kita menjadi nyanyian bagi-Nya. [HOS]

Integritas Hidup

Integritas Hidup (Mazmur 101:1-8)

Pemazmur membuka Mazmur ini dengan sebuah pujian tentang kesetiaan TUHAN kepada perjanjian-Nya dan keadilan-Nya (1). Selanjutnya, sebagai seorang raja, selain menyatakan kerinduannya untuk hidup menurut jalan-jalan TUHAN yang sempurna (2a) dan memohon agar TUHAN sendirilah yang menolongnya (2b), pemazmur juga mau memiliki hidup yang berintegritas (2c).

Dalam hidupnya bersama orang lain, dia menolak untuk berkelakuan buruk (3a), membenci perbuatan murtad (3b), dan menjauhkan dirinya dari sikap serta perbuatan yang tidak benar (4-5). Namun, dia tahu bagaimana memperlakukan dengan tepat, baik terhadap orang-orang yang hidupnya benar (6) maupun yang salah (7). Kemudian pemazmur menutup tulisannya dengan komitmen untuk melenyapkan kefasikan dan kejahatan (8).

Sebagai seorang Kristen, apa pun status kita, terlebih jika kita seorang pemimpin, kita sudah sepatutnya menjaga hidup yang berintegritas. Pikiran yang mau hidup dalam kebenaran dan menolak kejahatan, seharusnya terwujud pula dalam tindakan nyata. Bukan sekadar retorika, melainkan terwujud dalam laku hidup.


Hidup berintegritas membutuhkan komitmen yang harus dipelihara dan dikembangkan seumur hidup. Perlu diketahui bahwa integritas bukan semata-mata bersumber dari kebaikan dan usaha sendiri, tetapi juga berasal dari hidup yang takut akan Tuhan. Karena itu, sudah sepatutnya kita selalu ingat bahwa keberadaan kita, selain menjadi wakil Tuhan untuk menyatakan kebenaran-Nya, juga menjalani hidup yang benar dalam anugerah-Nya agar nama Tuhan dimuliakan.

Lawan dari hidup beritegritas dalam kebenaran adalah kemunafikan. Karena itu, marilah kita berusaha untuk tidak melihat kegagalan, keburukan, bahkan kemunafikan orang lain lebih besar daripada kegagalan, keburukan, dan kemunafikan diri sendiri. Sambil terus-menerus memperbaiki diri, marilah kita memohon dan mengandalkan anugerah Tuhan yang memampukan kita untuk menjalani hidup yang berintegri-tas. Dengan cara itulah, iman nyata dalam perbuatan. [RH]

Gema Pengampunan di tengah Dendam Membara (Matius 18:12-35)

  Gema Pengampunan di tengah Dendam Membara (Matius 18:12-35) Pelampiasan dendam semakin sering mewarnai surat kabar, media, dan berita tele...