Wednesday, October 11, 2023

Kaya -- Miskin

Kaya -- Miskin (Amsal 22:1-16)

Siapa pun manusia, baik kaya maupun miskin, diciptakan oleh Tuhan (2), sesuai peta dan teladan-Nya. Dapatkah dibenarkan bila si kaya menindas si miskin atau si miskin balas dendam terhadap si kaya? Namun pada umumnya yang terjadi adalah si kaya menguasai si miskin dan si miskin menjadi budak dari si kaya (7). Anehnya banyak orang miskin menikmati keberadaannya dan berdalih membela kemalasannya: "Ada singa di luar, aku akan dibunuh di tengah jalan" (13). Beralasan takut bahaya, mereka tidak melakukan apa-apa dan hanya menunggu belas kasihan orang lain. Inilah si miskin yang terjerat karena kemiskinan mentalnya sendiri, tak ada sedikit pun tekad merubah kemiskinannya. Benarkah bila kita menaruh belas kasihan kepada orang miskin ini? 

Bagaimana dengan si kaya? Apakah kekayaan yang paling berharga dalam hidupnya? Bagi si kaya mungkin benar, tetapi ada yang jauh lebih berharga bagi manusia, yakni nama baik dan relasi kasih. Keduanya tidak dapat dibandingkan dengan kekayaan bahkan perak dan emas sekalipun (1). Kekayaan yang hanya berupa materi tak akan membuat manusia hidup berarti, kecuali ia membagikannya kepada si miskin dan hidupnya akan diberkati (9). Bila si kaya dan si miskin bersama menyadari bahwa mereka adalah ciptaan Tuhan, maka terbinalah hubungan kasih sejati, yang kuat menolong yang lemah, dan hidup bersama dalam takut akan Tuhan. 

Penulis Amsal juga mengingatkan tentang pentingnya pendidikan bagi orang muda. Kebodohan melekat di hati orang muda, sehingga perlu tongkat didikan untuk mengusirnya (15). Karena kebodohan ini, orang muda tidak dapat memilih jalannya sendiri, ia belum dapat membedakan yang benar dan salah. Karena itu pendidikan perlu dilakukan sedini mungkin, agar anak-anak, remaja, atau pemuda dapat diarahkan kepada jalan yang benar. Bekal kebenaran di masa muda mempersiapkan mereka menempuh jalan kebenaran di masa tuanya, sehingga mereka tidak menyimpang. 

Renungkan: Bertindaklah bijaksana, baik terhadap orang kaya maupun orang miskin, karena semuanya adalah ciptaan Tuhan. Dan janganlah lupa mendidik generasi muda dalam jalan kebenaran, karena perjalanan sejarah bangsa di masa depan terletak di pundak mereka. (sh)

Monday, October 9, 2023

Orang Fasik akan Tertimpa Malapetaka

Orang Fasik akan Tertimpa Malapetaka (Amsal 28:1-14)

Dalam kehidupan kita, sering kali seperti pemazmur dalam mazmur 73. Kita mengeluh bahwa orang fasik hidup dengan makmur, sedangkan orang benar selalu mendapat malapetaka dan kesulitan (Mzm. 73:3-14). Dengan mata iman, kita dapat mengamini apa yang diajarkan nas hari ini, bahwa orang fasik akan mendapatkan malapetaka karena Allah kita adalah Allah yang adil.

Orang fasik akan lari, walau tidak ada yang mengejarnya. Sebaliknya, orang benar merasa aman seperti singa muda (1). Orang fasik seolah-olah kelihatan hidup tenang dan senang, namun kehidupan mereka jauh dari perasaan tenang. Mereka terus-menerus dikejar oleh perasaan takut. Karena pada kedalaman hatinya, mereka tahu pada akhirnya akan menanggung konsekuensi atas dosa mereka.

Tidak hanya orang kaya yang menindas orang lemah, tetapi juga orang miskin ada yang menindas sesamanya yang miskin dan lemah (3). Tindakan tersebut bukan saja salah, tetapi juga tidak akan hasil apapun. Ibarat hujan deras yang menghanyutkan segala sesuatu sehingga tidak ada makanan.

Allah adalah Hakim yang tidak hanya memutuskan perkara dengan adil, tetapi juga Hakim yang membela orang benar dan menolak orang fasik. Ayat 8 mengatakan bahwa Allah akan membuat orang fasik memperbanyak hartanya dengan riba dan bunga uang. Pada akhirnya, Allah memberikan hartanya kepada orang benar yang mempunyai belas kasihan kepada orang-orang lemah. Ini jelas terlihat dalam kitab Ester di mana Haman, orang Agag, yang sangat kaya merupakan seteru orang Yahudi. Ia berniat menghancurkan seluruh suku orang Yahudi. Akhirnya, Allah memberikan hartanya kepada Ester (Est. 8:1). Jadi, orang fasik akan jatuh ke dalam lubangnya sendiri, sedangkan orang yang tak bercela akan mewarisi kebahagiaan (10).

Jadi, orang fasik akan menerima ganjaran atas kefasikan mereka. Walaupun hidup mereka terlihat makmur dan bahagia, tetapi kita harus melihat dengan iman bahwa hidup mereka sedang menuju kehancuran. [IT]

Kematian dan Kebangkitan Kristus

Kematian dan Kebangkitan Kristus (1 Korintus 15:1-11)

Dalam pasal 15 ini rasul Paulus menjelaskan pokok masalah tentang kematian dan kebangkitan. Karena kala itu jemaat Korintus "diganggu" oleh orang-orang yang tidak percaya akan kebangkitan sehingga penting bagi Paulus untuk membahasnya (3).

✅Pertama, kematian Yesus merupakan dasar dari keselamatan manusia. Pernyataan "Kristus mati karena dosa-dosa kita" memberi penjelasan jika Kristus tidak mati, maka manusia tidak memiliki keselamatan. Yesus mati sebagai kurban pengganti karena dosa kita. Ia mati untuk menebus kita sehingga melalui kematian-Nya kita dapat bersekutu dengan Allah.

✅Kedua, Yesus yang mati itu dikuburkan (4). Bagaimana mungkin Ia dikuburkan jika Ia tidak melalui fase kematian?

✅Ketiga, Yesus dibangkitkan pada hari yang ketiga (4). Keraguan orang-orang Korintus akan kebangkitan Kristus dijawab oleh Paulus dengan memberikan bukti meyakinkan bahwa ada banyak orang yang melihat Yesus setelah kebangkitan. Antara lain, kepada Kefas (Petrus), kedua belas rasul (5), lebih dari lima ratus saudara sekaligus (6), Yakobus, kemudian semua rasul (7), dan Paulus sendiri (8). Mereka semua adalah saksi dari kebangkitan Kristus. Jangan lupa hidup Paulus yang sudah diubahkan juga adalah kesaksian otentik akan kuasa kebangkitan Kristus (9-10).

Paulus mengatakan bahwa apa yang ia sampaikan ini "sesuai dengan Kitab Suci" (3, 4). Paulus tidak menyampaikan argumennya sendiri tanpa dasar tertulis. Semua yang ia kemukakan di dasarkan pada apa yang tercatat dalam Kitab Suci, yaitu berita kematian dan kebangkitan Kristus telah dinyatakan dalam nubuat-nubuat Perjanjian Lama.

Hingga saat ini selalu ada orang-orang yang menyangsikan kematian dan kebangkitan Kristus. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi kekristenan dan orang percaya. Oleh karenanya yang menjadi tanggung jawab setiap orang percaya ialah mempelajari Kitab Suci dengan baik, sehingga iman kita menjadi kuat dan setiap kita pula dapat melakukan pembelaan iman berdasarkan Alkitab. (sh)

Terbesar vs Terkecil

Terbesar vs Terkecil (Matius 18:1-14)

Kalau bisa kita ingin menjadi yang terbesar dalam jabatan, harta, prestasi, kehormatan, kepintaran, dlsb, namun menghindari menjadi yang terkecil. Murid-murid Tuhan pun tidak luput dari ambisi ingin posisi tertinggi dalam Kerajaan Surga. 

Mereka menganggap Kerajaan Surga suatu kerajaan yang dipimpin oleh Tuhan Yesus sebagai raja. Maka sebagai pengikut-Nya, murid-murid pasti mendapat jabatan (ayat 1). Pertanyaan tentang siapakah murid Tuhan yang akan menduduki posisi tertinggi di antara mereka memenuhi pikiran mereka. Jawaban Tuhan Yesus di luar dugaan. Ia menjadikan seorang anak kecil sebagai contoh. Apa syarat yang Tuhan ajukan bagi murid yang mau jadi yang terbesar?  

✅ Pertama, harus mengalami pertobatan sejati (ayat 3). Pertobatan sejati adalah syarat utama untuk memasuki Kerajaan Surga. Tanpanya, seseorang tidak mampu mengerti kebenaran ilahi. Itu membuktikan ia belum mengalami kelahiran kembali dalam Roh (lih. Yoh. 3:3). 

✅ Kedua, harus bersedia merendahkan diri (ayat 4). Merendahkan diri guna memberitakan Injil hendaknya dijadikan dasar pelayanan. Artinya, menanggalkan prinsip "Siapa kamu? Siapa aku?" Tidak mungkin menjangkau "mereka yang terhilang" tanpa penanggalan kesombongan diri. Kerelaan pergi memberitakan Injil kepada "mereka yang terhilang" ini diumpamakan Tuhan dengan mencari satu domba yang tersesat (ayat 12-14). Hanya orang yang sedia menjadi "kecil" saja yang tahu menghargai arti satu jiwa tersesat dibandingkan sembilan puluh sembilan yang tidak. 

✅ Ketiga, orang yang sudah diterima Tuhan apa adanya harus menerima "mereka yang terhilang" (ayat 5, 10-11). Hendaklah kita mengulurkan tangan dan menyambut dengan tulus setiap orang agar mereka datang ke persekutuan umat Tuhan tanpa membeda-bedakan status sosial, kekayaan, dan kemampuannya. 

Ingatlah: Orang besar adalah orang yang rela menjadi kecil dan tajam melihat arti dari hal-hal kecil.

Hidup sebagai anak terang (Efesus 5:1-22)

Hidup sebagai anak terang (Efesus 5:1-22) Sebagai anak-anak terang, umat Allah hidup dengan meneladani Allah (ayat 1). Sama seperti Yesus ya...