Sunday, September 17, 2023

Hal-hal Berharga dalam Hidup

Hal-hal Berharga dalam Hidup ( Pengkhotbah 9:1-12)

Di balik kesimpulan sementara bahwa nasib semua orang sama, pengkhotbah mengingatkan tentang dua hal berharga dalam hidup: pernikahan dan pekerjaan. Betapa pun sia-sia kesan kita tentang hidup yang seperti siklus mengulang-ulang ini, kehidupan keluarga dan pekerjaan yang bermutu membuat hidup setidaknya terasa lebih berarti. 

Pernikahan adalah karunia indah Tuhan. Namun, kita tidak dapat "menutup mata" bahwa ada orang yang membuat pasangannya "hidup dalam neraka". Justru karena adanya fakta pernikahan yang seperti neraka inilah, maka orang beriman harus berpegang teguh kepada ajaran firman. Kebahagiaan dalam pernikahan bukan hal yang mustahil, tetapi hal yang mungkin terjadi. Belajar puas dengan pasangan hidup masing-masing, aktif mengobarkan kasih dari waktu ke waktu, memeliharanya sebagai harta karun mulia pemberian Tuhan, dan berjuang keras bagi kebahagiaan tersebut, adalah syarat-syarat untuk mengalami pernikahan yang berhasil (ayat 9). Perjuangan keras mengaktifkan cinta, perhatian, kesetiaan, itulah penentu keberhasilan suatu pernikahan. 

Karunia Tuhan lainnya dalam hidup adalah pekerjaan. Apabila dalam sudut pandang pengkhotbah, kematian adalah penyebab kesia-siaan, pekerjaan adalah faktor yang memberi hidup arti dan harap. Bekerja adalah bagian dari hidup, kepasifan adalah bagian dari mati, maka bekerja memberi kita harapan karena kita mengalami hidup ketika bekerja. Sebab itu persoalan kita tentang pekerjaan dan tugas apa pun, jangan ditinjau dari segi ekonomi saja. Apabila bekerja adalah ciri dari hidup, maka tugas apa pun sanggup memberi kita kegembiraan. Bekerja berarti menjadi rekan Tuhan yang terus giat bekerja sampai sekarang ini. Inilah insentif utama yang mendorong orang beriman bekerja lebih rajin, lebih giat, lebih berkualitas. Tidakkah akan semakin bergairah kita, apabila menyadari bahwa perbuatan tangan, kaki, otak kita adalah bagian dari ingatan Tuhan dalam dunia ini? 

Doa: Tuhan, tolonglah gereja-Mu dan bangsa kami menghargai keluarga dan pekerjaan dengan benar. (sh)

Tuesday, September 12, 2023

Etos Kerja Kristen

Etos Kerja Kristen (Filipi 2:12-18)

Salah satu alat ukur penting untuk menilai pekerjaan seseorang adalah etos kerjanya. Sebagai orang Kristen kita melakukan yang terbaik karena Kristus telah memberikan yang terbaik, yaitu anugerah keselamatan. Itulah etos kerja Kristen dan itulah makna "mengerjakan keselamatan" (12).

Etos kerja yang baik mengandung nilai-nilai sebagai berikut. 

✅Pertama, kerja bukan karena dilihat orang. Paulus menasihati jemaat untuk mengerjakan pelayanan mereka dengan baik sekalipun Paulus tidak hadir di tengah-tengah mereka karena pelayanan itu ditujukan kepada Allah (12-13). Bukankah kita sering menemukan orang-orang yang bekerja keras di depan bos, tetapi bersikap santai ketika bos pergi?

✅Kedua, kerja baik dengan sungguh-sungguh, tanpa bersungut-sungut dan berbantah-bantahan. Sebagai orang-orang yang telah diselamatkan, pekerjaan atau pelayanan adalah ungkapan rasa syukur kita kepada Tuhan (14-15). Banyak orang terlihat bekerja keras, tetapi di balik itu mereka sering mengeluh dengan alasan seperti 'gaji kecil', 'bos galak', 'lingkungan kerja buruk' dan lain-lain.

✅Ketiga, kerja dengan berdedikasi dan kerelaan untuk berkurban. Semangat materialistis mengajarkan supaya kita bekerja sesuai dengan bayaran yang disediakan. Sedangkan etos kerja Kristen mengajarkan untuk rela berkurban dan membayar harga (17).

Tiga nilai di atas menggambarkan etos kerja dan pelayanan Kristen. Dengan mengamalkan nilai-nilai tersebut, kita akan menjadi seperti bintang-bintang di dunia (15). Bintang di langit itu biasa, tetapi bintang di dunia itu langka dan luar biasa! Namun, kita harus ingat senantiasa bahwa keberhasilan kita untuk mengerjakan itu semua berasal dari Allah. Dialah yang "mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya." (13). Tanpa menyadari hal tersebut, kita akan menjadi sombong dan menganggap keberhasilan oleh etos kerja itu adalah semata-mata kerja keras dan kehebatan kita. (sh)

Monday, September 11, 2023

Kesatuan didalam Kristus

Kesatuan didalam Kristus (Filipi 2:1-4)

Banyak nasihat firman Tuhan bagi warga gereja sulit kita praktikkan. Mengapa? Salah satu alasannya adalah karena nasihat-nasihat itu bertentangan dengan dorongan kodrati kita. Perikop ini dimulai dengan "Jadi karena dalam Kristus, atau "Sebagaimana dalam Kristus" (ayat 1). Karya dan teladan Kristus serta pengenalan kita akan Kristus adalah sumber aliran nasihat, penghiburan kasih, persekutuan Roh, kasih mesra dan belas kasihan (ayat 2-4). Tanpa sumber itu, semua kesatuan di antara manusia hanyalah semu belaka. Keakraban berdasarkan kepentingan sama, interes sama, hobi sama, hanyalah kesatuan berdasarkan kesamaan dorongan ego masing-masing orang. 

Paulus mengaitkan kesatuan ini dengan kesempurnaan sukacita (ayat 1; bdk. Yoh. 17:13). Inilah sukacita seorang yang saleh, yang afeksi dan emosi terdalamnya serasi dengan rencana Tuhan. Inilah sukacita karena melihat saudara seiman hidup dalam kesatuan. 

Kesatuan ini meliputi beberapa hal. Pertama, kesehatian. Kristen seharusnya memiliki arah hati yang sama yaitu kepada Tuhan, dalam segala sesuatu memuliakan dan menyenangkan Tuhan saja. Kedua, sepikir. Pikiran harus dikuasai oleh kebenaran yang sama, yaitu firman Tuhan. Ketiga, satu kasih. Kristus mengasihi kita dan mempersatukan kita dengan Bapa yang di sorga. Waktu kita mengasihi, kita sedang membawa orang ke dalam kesatuan tubuh Kristus dengan satu tujuan, yaitu hidup bagi Tuhan dengan meneladani kehidupan Kristus. 

Ada dua hal yang dapat menghambat kesatuan ini, yaitu mencari kepentingan sendiri dan puji-pujian yang sia-sia. Untuk mengatasinya dibutuhkan sikap menganggap orang lain lebih utama daripada diri sendiri. Belajarlah melihat diri sendiri sebagai yang terakhir! Inilah cara kita menonjolkan kasih Kristus. 

Tekadku: Demi Kristus aku mau dipersatukan dengan sesama Kristen, agar aku menyenangkan Tuhan, menjadi berkat bagi sesama. (sh)

Sepiring Sayur dengan Kasih

Sepiring Sayur dengan Kasih (Amsal 15:16-33)

Pernahkah kita disakiti oleh sebuah gosip yang membuat nama baik kita tercemar? Apalagi yang menyebar gosip tersebut adalah teman sendiri. Apakah kita merasa marah dan kecewa?

Baik perasaan marah maupun kecewa merupakan salah satu bentuk pengalaman buruk yang dialami oleh manusia. Itu sebabnya kita perlu mencari hal-hal penting dalam hidup ini. Pengamsal memberikan nasihat yang berupa prinsip kehidupan, yaitu: "Lebih baik ada dalam kumpulan orang yang mengasihi kita daripada dikelilingi oleh banyak teman yang penuh kebencian" (17). Kepada para pembacanya, pengamsal memberikan nasihat untuk sabar dalam perbantahan (18). Adalah penting untuk mendengar, tetapi lamban berbicara. Alkitab mengajarkan, "Setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah" (Yak. 1:19-20). Perhatikan bahwa Kitab Suci menegaskan setiap bagian hidup kita adalah panggilan untuk mengerjakan kebenaran di hadapan Allah. Di sinilah kita membutuhkan banyak nasihat yang benar dan bijak (19-23).

Dalam menjalani kehidupan di dunia, ada realitas yang bertolak belakang yang akan kita jumpai. Misalnya, orang bijak membawa kehidupan vs orang bodoh membawa kepada kematian (24). Tak satu pun dari kita suka dikritik. Jika kita tidak belajar disiplin, kita hanya merusak diri sendiri (32). Itu sebabnya kita seyogianya hidup takut akan Tuhan (25-33). Inilah instruksi untuk menjadi bijaksana. Salomo mengatakan, "Lebih baik sedikit barang dengan disertai takut akan TUHAN daripada banyak harta dengan disertai kecemasan" (Ams. 15:16). Selain itu, 

Tuhan Yesus berkata, "Matamu adalah pelita tubuhmu. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu, tetapi jika matamu jahat, gelaplah tubuhmu" (Luk. 11:34) Pertanyaannya adalah sejauh mana kita sungguh-sungguh meletakkan segala rasa kuatir dan takut dalam pemeliharaan dan pertolongan Tuhan? [IBS]

Pahlawan Iman Perjanjian Lama

 

Pahlawan Iman Perjanjian Lama (Ibrani 11:1-7)

Sering kita mendengar orang berkata bahwa Perjanjian Lama mengajarkan perbuatan yang menyelamatkan seseorang. Barulah pada Perjanjian Baru, iman kepada Tuhan Yesus yang menyelamatkan. Penulis Ibrani telah menguraikan bahwa Kristus adalah penggenapan hukum ritual, nubuat, dan simbol-simbol yang ada dalam PL. Berarti PL juga menekankan iman kepada Kristus melalui menaati berbagai peraturan Taurat. Kurban persembahan tidak dapat menghapus dosa, tetapi iman kepada Allah yang menginstruksikan peraturan itulah yang menyelamatkan. 

Seluruh pasal 11 berisikan catatan pahlawan-pahlawan iman PL, yaitu mereka yang bukan karena perbuatan disebut orang benar melainkan karena iman. Penulis mencatat banyak tokoh PL yang hanya memiliki janji-janji Allah tanpa melihat realisasinya pada masa mereka hidup. Akan tetapi, janji-janji itu cukup membuat mereka menjalani kehidupan sehari-hari mereka dalam ketaatan kepada Tuhan (ayat 1- 2). Mereka bahkan hidup taat seakan-akan janji-janji itu sudah digenapi. Habel memberikan yang terbaik bagi Allah karena ia yakin Allah menjanjikan yang terbaik baginya (ayat 4). Henokh mendapatkan yang terbaik dari Allah karena imannya (ayat 5). Sama seperti manusia lainnya yang berdosa, ia tidak mungkin bisa melihat Allah muka dengan muka. Namun, Alkitab mencatat Henokh bergaul dengan Allah (Kej. 5:24). Iman Henokh memperkenan Allah (Ibr. 11:6). Nuh taat bekerja membangun bahtera karena ia percaya pada rencana Allah, karenanya keluarganya pun selamat (ayat 7). 

Tiga tokoh di atas adalah para pahlawan iman sebelum masa Hukum Taurat. Iman mereka memandang kepada Allah dan tidak menjadi goyah. Orang Kristen masa kini memiliki Alkitab yang berisikan janji-janji Allah, yang terbukti digenapi dalam sejarah. Maka seharusnya kita tidak ragu untuk memercayai Dia yang tak pernah ingkar janji. 

Renungkan: Orang yang bersandar kepada firman Tuhan tak akan kecewa karena janji-Nya pasti digenapi. (sh)

Penderitaan, Pengharapan, Keselamatan


Penderitaan, Pengharapan, Keselamatan (Roma 8:18-30)

Hiburan apakah yang dapat menguatkan orang Kristen yang sedang menderita berat karena imannya? Ketika Paulus menulis surat ini, sebagian besar orang percaya di kota Roma, sedang atau akan mengalami penderitaan dahsyat. Paulus sendiri berulangkali mengalami penderitaan. Maka nasihat yang ia berikan ini bukan omong kosong, tetapi prinsip teologis penting yang teruji. 

Paulus tidak menghadapi penderitaan dengan menyang-kali faktanya atau mengelakkannya. Orang Kristen yang setia kepada Kristus dan kehendak-Nya pasti harus menanggung berbagai bentuk penderitaan. Penderitaan tidak untuk dihindari, tetapi dihadapi dengan kebenaran firman. Dengan cara itu orang Kristen beroleh kekuatan yang membuat mereka dapat bertahan secara kreatif. Kebenaran apa yang Paulus bukakan? Kreatif seperti apa yang dimungkinkan Allah bagi orang Kristen yang sedang menderita? 

Fakta penderitaan kini harus dihadapi dengan fakta kemuliaan kelak yang akan Tuhan nyatakan bagi anak-Nya (18). Sedahsyat segelap apa pun penderitaan yang kita alami dan kekelaman perasaan yang diakibatkannya, tidak dapat dibandingkan dengan perjumpaan kita dengan Tuhan kelak dan fakta kita akan bersama-Nya kekal. Penderitaan dapat menjadi alat Tuhan mengobarkan pengharapan iman yang kreatif. Tema ini sudah Paulus uraikan sebelumnya (Rm. 5:3-5), dalam kasih karunia kita jalani penderitaan agar tumbuh ketekunan, tahan uji, pengharapan. Harapan itu lebih penuh lagi sebab seluruh alam semesta yang telah dirusak dosa ini pun kelak akan dimurnikan dari dosa (Rm. 8:21-23). Paulus juga mengingatkan kekuatan itu datang bukan hanya dari berpegang pada konsep kebenaran, tapi dari Roh Kudus. Roh kekudusan dan kekuatan dari Allah menjadi Penghibur, Penopang, Penasihat. Ia pendamping dan rekan doa tepercaya sepanjang kita menjalani dunia nestapa ini (26-27). 

Renungkan: Firman dan Roh sumber penghiburan dan kekuatan kekal dalam penderitaan sementara kita. (sh)

Hidup sebagai anak terang (Efesus 5:1-22)

Hidup sebagai anak terang (Efesus 5:1-22) Sebagai anak-anak terang, umat Allah hidup dengan meneladani Allah (ayat 1). Sama seperti Yesus ya...