Thursday, November 17, 2022

DICIPTAKAN DENGAN TUJUAN

DICIPTAKAN DENGAN TUJUAN

Tuhan menciptakan Manusia

Tuhan menciptakan setiap manusia unik adanya. Dia memberikan kita tubuh untuk dipakai bagi kemuliaan-Nya. Ironisnya, sering kali manusia tidak memakai anggota-anggota tubuhnya sesuai tujuan yang Tuhan tetapkan. Sebaliknya, kita justru memakainya demi kesenangan dan kenikmatan dalam dosa, seperti yang digambarkan oleh pengamsal dalam bagian ini sebagai berikut: mata yang congkak (4), hati yang sombong (4), lidah yang berdusta (6), mulut yang suka bertengkar (9), dan telinga yang ditutup (13).

Pengamsal dengan tegas menyebutkan bahwa mata yang congkak dan hati yang sombong adalah dosa. Lidah yang berdusta dan mulut yang suka bertengkar adalah kesia-siaan. Telinga yang tertutup terhadap kesusahan orang lain akan mendapat balasan dari Tuhan.

Lalu bagaimanakah seharusnya kita menjalani hidup yang berkenan di hadapan Tuhan?

Pengamsal mengajarkan setidaknya ada empat hal yang dapat kita praktikkan dalam hidup ini, yaitu hidup dengan melakukan kebenaran dan keadilan (3, 15), berlaku jujur (8), bersedia diajar (11), dan suka memberi (14). Keempat prinsip firman Tuhan ini akan menolong kita menjalani hidup dan memakai tubuh kita sesuai tujuan Tuhan. Kiranya dengan menerapkan keempat hal ini, mata dan hati terarah pada perbuatan yang benar dan adil. Lidah dipakai untuk mengucapkan hal yang jujur; mulut kita dipakai untuk hal-hal yang bijaksana dan mendidik; serta telinga kita senantiasa peka mendengar jeritan sesama yang membutuhkan pertolongan dan kasih kita. Dengan demikian, tubuh dan segenap keberadaan kita dapat dipakai sesuai kehendak dan rencana-Nya. [MFS]

Pilih yang Benar

Pada zaman Raja Salomo, raja memiliki otoritas absolut. Meski demikian Salomo menyadari bahwa bagaimanapun besarnya kekuasaan seorang raja, tetap saja ia berada di bawah kedaulatan Allah (ayat 1). Keputusan raja, baik atau buruk, juga berada di dalam kendali Allah. 

Bila seorang raja yang berkuasa saja berada di bawah kendali Allah, apalagi manusia biasa. Meski manusia selalu mengira bahwa apa yang dia lakukan adalah benar, tetapi Allah melihat motivasi yang tersembunyi di dasar hati (ayat 2). Bila motivasi melakukan perbuatan baik adalah untuk mendapatkan pahala sebagai imbalan, tentu saja Allah tidak akan disenangkan. Persembahan juga bukan semacam suap untuk menerima perkenan Allah atau pengampunan-Nya atas kesalahan kita (ayat 3). Maka jangan pernah berpikir bahwa Allah akan bisa disuap dengan persembahan kita, sebanyak apapun! Jika kita berpikir demikian, artinya kita congkak, karena merasa bisa membeli segala sesuatu dengan uang yang kita miliki (ayat 4). Orang yang semacam itu merasa dirinya lebih penting dibandingkan orang lain karena uang yang dia miliki. Orang semacam ini biasanya memperoleh kekayaan dengan jalan dusta (ayat 6) dan tidak memiliki belas kasihan kepada sesama (ayat 10). Pada umumnya mereka juga menolak keadilan. Namun suatu saat hukuman akan menimpa mereka (ayat 7), tanpa ada yang dapat menolong (ayat 13). Itu terjadi karena mata Tuhan, yang Mahaadil, tertuju atas mereka yang tidak memiliki belas kasihan pada sesama (ayat 12). 

Lalu bagaimanakah hidup kita seharusnya? Bila hidup diibaratkan seperti suatu pengembaraan, janganlah seperti orang berdosa yang bagai pengembara yang memilih jalan salah. Jadilah orang jujur yang bagai pengembara yang berada di jalan benar (ayat 8). Miliki juga hidup yang terencana (ayat 5). Seorang pebisnis harus berpikir keras ketika membuat perencanaan agar bisnisnya sukses. Kita pun hendaknya tidak terburu-buru saat membuat perencanaan. Pakai akal pikiran kita dan buatlah perencanaan secermat mungkin!

Kejernihan Hati

Siapa dapat menduga hati seseorang? Orang yang terdekat dengannya atau dirinya sendiri? Harus diakui betapa misteriusnya hati seseorang, diri sendiri pun kadang-kadang tidak mengerti hatinya. Oleh karena itu perlu ada yang mengontrol hati manusia, yang benar-benar dapat menguji hati manusia, tiada lain adalah Sang Pencipta yang Maha Tahu, Dialah yang menguji hati manusia. 

Penulis Amsal mengatakan bahwa hati raja seperti batang air di dalam tangan Tuhan yang gerakan mengalirnya air senantiasa dikontrol oleh Tuhan (1). Raja yang berkuasa memiliki kesempatan melakukan apa saja yang dianggapnya baik dan benar. Tetapi raja yang hatinya condong kepada Tuhan tidak seperti hati orang fasik yang sombong (4) dan mengingini kejahatan (10), tidak akan melakukan tindakan dan mengambil keputusan yang merugikan rakyat dan kerajaannya. Bila Tuhan yang mengontrol hatinya maka ia hanya melakukan sesuai dengan kehendak-Nya. Bila Tuhan memegang pusat hidup seorang pemimpin, maka pikirannya, perilakunya, perasaannya, keputusannya, tindakannya tertuju kepada-Nya. Betapa sejahteranya kehidupan rakyatnya yang hati pemimpinnya ada di dalam tangan Tuhan. 

Melakukan kebenaran dan keadilan berkenan kepada Tuhan dan merupakan kesukaan bagi orang benar (15). Persembahan sebesar apa pun tak berarti bila tidak didasari kehidupan yang penuh dengan kebenaran dan keadilan (3). Orang fasik akan mengalami penganiayaannya sendiri karena mereka tidak mau melakukan keadilan (7). Mereka tidak menaruh belas kasihan kepada sesamanya karena hatinya tertutup terhadap jeritan orang lain (10). Apakah melakukan kebenaran dan keadilan sama dengan memeratakan penghasilan atau membagikan kepada semua orang jumlah yang sama? Tentu saja bukan demikian pengertiannya. Melakukan kebenaran dan keadilan adalah menyatakan benar kepada orang benar dan salah kepada yang bersalah, membagikan sesuai kebutuhan masing-masing, dan tidak menindas hak orang lain. 

Renungkan: Suara kebenaran dan keadilan semakin lemah di tengah merebaknya realita ketidakbenaran dan ketidakadilan. Bagaimana Anda memegang peran sebagai pelaku kebenaran dan keadilan dalam profesi Anda masing-masing? Adakah hal-hal konkrit yang dapat Anda lakukan, agar keduanya bukan sekadar slogan semu?

Sumber: 
Renungan, Senin 23 Oktober 2000
Renungan, Sabtu, 3 November 2007
Renungan, Sabtu,21 November 2015


Hidup sebagai anak terang (Efesus 5:1-22)

Hidup sebagai anak terang (Efesus 5:1-22) Sebagai anak-anak terang, umat Allah hidup dengan meneladani Allah (ayat 1). Sama seperti Yesus ya...